Selasa, 27 Oktober 2009

LAPORAN OCEANOGRAFI

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology). Ilmu bumi (geography). Ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry). Ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim (metereology) (Hutabarat, 1985).
Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian laut, mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang teluk sekalipun. Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan manusia (Romimohtarto, 2001).







Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum oceanografi ini adalah agar praktikan mengetahui dan memahami tentang ilmu oceanografi serta mengetahui dan memahami macam-macam parameter kualitas air baik parameter fisika maupun parameter kimia.
Tujuan dari praktikum oceanografi ini adalah agar praktikan mampu melakukan pengukuran parameter kualitas air baik parameter fisika maupun parameter kimia.

Waktu dan Tempat
Praktikum oceanografi ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 20 mei 2009, pukul 07.00-selesai.
Tempat Praktikum oceanografi ini adalah di Pelabuhan Tanjung Tembaga Kabupaten Probolinggo Propinsi Jawa Timur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perairan Laut
Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut. Tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup disemua bagian lingkungan laut tersebut dan disegala kondisi lingkungan yang berbeda-beda kedalam lingkungan-lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau yang memintakat-mintakat menurut kreteria-kreteria yang berbeda (Romimohtarto,2001).
Laut merupakan suatu tempat mata pencarian bagi orang-orang asia tenggara yang telah berumur berabad-abad lamanya. Tidak dimana pun juga hal ini benar-benar dapat dilihat diIndonesia dimana Negara ini terdiri dari lebih kurang 13.000 pulau yang tersebar. Kebanyakan penduduk yang berjumlah 140.000.000 bertempat timggal berbatasan dengan lautan. Sejak dahulu lautan telah memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan suatu sarana untuk berpergian, perniagaan dan perhubungan dari suatu tempat ketempat lain. Akhir-akhir ini diketahui bahwa lautan banyak mengandung sumber-sumber alam yang berlimpah-limpah jumlahnya dan bernilai berjuta-juta dolar (Hutabarat,1985).
2.2 Parameter Fisika
2.2.1 Suhu
Suhu merupakansalah satu faktor utama yang mempengaruhi penyebab jasad-jasad laut. Jasad-jasad yang mampu mempertenggang jangka suhu yang nisbi luas diistilahkan sebagai euritermal yang terbatas kepada jangka suhu yang sangat sempit disebut stenotermal. Beberapa jenis diantaranya lebih euritermal pada tahap-tahap tertentu dari kehidupannya dari pada yang lain-lain (Bayard,1983).
Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat atau metabolisne dari makhluk-makhluk hidup. Keadaan ini yang jelas terlihat dari jumplah plankton didaerah-daerah yang beriklim sedang lebih banyak daripada didaerah-daerah yang beriklim panas (Asmawi,1986).
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kecepatan aktivitas proses metabolisme. Suhu air mempunyai arti penting bagi organisme perairan karena berpengaruh terhadap laju metabolisme dan pertumbuhan. Suhu bagi hewan poikilotermik merupakan faktor pengontrol (controlling factor) yaitu pengendali kecepatan reaksi kimia didalam tubuh termasuk prosses metabolisme. Foresberg dan summerfelt (1998) menyatakan bahwa meningkatkannya suhu akan mempercepat kelangsungan proses metabolisme (Widiyati, 2005).

2.2.2 Kecerahan
Dengan mengetahui kecerahan suhu perairan,kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air. Lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh,yang agak keruh dan yang paling keruh,serta lain sebagainya. Air yang tidak terlampau keruh dan yang tidak terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan.Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad-jasad renik dan plankton. Nilai kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan adalah lebih besar dari 45 cm. Karena kalau lebih kecil dari nilai tersebut batas pandangan ikan akan berbeda (Asmawi,1986).
Kecerahan merupakan gambaran kedalaman air yang dapat ditembus oleh cahaya dan umumnya tampak secara kasatmata kecerahan air tegantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan pada suatu perairan sangat erat kaitannya dengan proses fotosintesis yang terjadi secara alami. Menurut Nybakken (1992),fotosintesis hanya dapat berlangsung bila intensitas cahaya yang sampai ke suatu sel alga lebih besar dari intensitas disuatu perairan (Anonymous a,2009).

2.2.3 Pasang Surut
Pasang surut (pasut) merupakan salah satu gejala laut yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan biota laut,khususnya diwilayah pantai. Pasang surut terjadi partama-tama karena gaya tarik (gaya gravitasi) bulan. Bumi berputar kolam air dipermukaannya dan menghasilkan dua kali pasang dan dua kali surut dalam 24 jam dibanyak tempat dibumi kita ini. Berbagi pola gerakan pasut ini terjadi karena perbedaan posisi sumbu putar bumi dan bulan karena berbeda-bedannya bentuk dasar laut dan karena banyak hal lain lagi (Romimohtarto,2001).
Naik dan turunnya permukaan laut secara periodik selama suatu interval waktu tertentu disebut pasang surut. Pasang surut merupakan faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi kehidupan dizona intertidal / tanpa adanya pasang surut atau hal lain yang menyebabkan naik dan turunnya permukaan air secara periodik zona ini tidak akan seperti itu. Dan faktor-faktor lain akan kehilangan pengaruhnya. Ini disebabkan kisaran yang luas pada banyak faktor fisik akibat hubungan langsung yang bergantiaan antara keadaan terkena udara terbuka dan keadaan yang terendam air. Jika tidak ada pasang surut fluktuasi yang besar ini tidak akan terjadi (Nybakken,1988).


2.2.4 Gelombang
Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin diatas permukaan laut dan sebagian lagi oleh tekanan tanggensial pada partikel air. Angin yang bertiup dipermukaan laut mula-mula menimbulkan riak gelombang (ripples). Jika kemudian angin berhenti bertiup maka riak gelombang akan hilang dan permukaan laut merata kembali. Tetapi jika angin bertiup lama maka riak gelombang akan hilang dan prmukaan gelombang merata kembali. Tetapi angin ini bertiup lama maka riak gelombang membesar terus walaupun kemudian anginya berhenti bertiup. Setelah meninggalkan daerah asal bermula tiupan angin, maka gelombang merata menjadi ombak sederhana (Romimohtarto, 2001).
Gelombang selalu menunjukkan sebuah ayunan air yang bergerak tanpa henti-henti pada lapisan permukaan laut dan jarak dalam keadaan sama sekali diam. Hembusan sepoi-sepoi menimbulkan pada cuaca yang tenang sekalipun sudah cukup untuk dapat menimbulkan riak gelombang. Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai yang besar dapat menimbulkan suatu gelombang besar yang dapat mengakibatkan suatu kerusakan hebat pada kapal-kapal atau daerah-daerah pantai (Hutabarat,1985).
Secara ekologis gelombang paling penting dimintakan pasang surut dibagian yang agak dalam pengaruhnya menggurang sampai kedasar,dan diperaiaran oseanik ia mempengaruhi peretukaraan udara dan agak dalam gelombang ditimbulkan oleh angin, pasang surut dan kadang-kadang oleh gempa bumi dan gunung meletus (dinamakan tsunami). Gelombang mempunyai sifat penghancur, biota yang hidup dimintakat pasang surut harus mempunyai daya tahan terhadap pukulan gelombang (Anonymous b, 2009).

2.2.5 Kecepatan arus
Arus laut permukaan merupakan pencrminan langsung dari pelangi yang bertiup pada waktu itu. Jadi arus permukaan digerakkan oleh angin. Air dilapisan bawahnya ikut terbawa karena adanya gaya coriolis yakni gaya yang diakibatkan oleh perputaran bumi, maka arus dilapisan permukaan laut berbelok kekanan dari arah angina dan arus permukaan (Romimohtarto, 2001).
Arus mempunyai pengaruh positif maupun negative terhadap kehidupan biota perairan. Arus dapat mengakibatkan luasnya jaringan. Jaringan jasad hidup yang tumbuh didaerah itu dan partikel-partikel dalam supensi dapat menghasilkan pengkikisan. Diperairan dengan dasar Lumpur arus dapat mengaduk endapan Lumpur-lumpuran sehinga mengakibatkan kekeruhan air dan mematikan binatang juga kekeruhan yang diakibatkan bisa mengurangi penetrasi sinar matahari dan karenanya mengurangi aktivitas fotosistesis.manfaat dari arus bagu banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan bagi biota-biota tersebut dan pembunggan kotoran-kotoranya (anonymous c, 2009).

2.2.6. Sifat Optis Air
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Hal ini berkaitan dengan besar sudut penyinaran yang dibentuk. Cahaya yang tiba dipermukaan air sebagian akan dipantulkan sebagian akan diteruskan. Pada perairan laut yang bergelombang cahaya sebagian dipantulkan dihamburkan, sinar yang diteruskan sebagian akan diabsorbsi (Wikipedia, 2009).
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari, semakin lama matahari berada, sifat optis air dimiliki semakin besar sudut datang semakin besar. Intensitas matahari semakin besar maka sifat air akan bervariasi (Nybakken, 1988).

2.3 Parameter Kimia
2.3.1 pH
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6,0-8,5 (Anonymous b, 2009).
pH merupakan suatu ekspresi dan konsentrasi ion hydrogen (H+) di dalam air. Besarnya dinyatakan dalam minus logaritma dan konsentrasi ion H. Tidak semua makhluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH. Untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. Sistem pertahanan ini dikenal sebagai kapasitas pem-buffer-an pH sangat penting sebagai parameter kualitas air. Karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air (Anonymous c, 2009).
Konsentrasi ion zat cair dalam laut yang dinyatakan dengan pH pada konstan, berbeda-beda antara 7,6 dan 8,3. Penyanggan terutama merupakan hasil dari keseimbangan karbondioksida asam karbonat dan keseimbangan bikarbonat. Efek penyangga dari partikel tanah padat yang halus dan lebih kurang ukurannya, asam borat. Pada nilai pH yang lebih tinggi pengendapan kalsium karbonat dimudahkan (Zottoli, 2000).

2.3.2 Salinitas
Untuk mengukur asinnya air laut maka digunakan istilah salinitas. Salinitas merupakan takaran bagi keasinan air laut. Satuannya promil (0/00) dan simbol yang dipakai adalah S 0/00. Salinitas didefinisikan sebagai berat zat padat terlarut dalam gram perkilogram air laut. Jika zat padat telah dikeringkan sampai bertanya tetap pada 4800C. Dan jumlah klorida dan bromida yang hilang diganti dengan sejumlah kalor yang ekuivalen dengan bara kedua halida yang hilang. Singkatnya salinitas adalah berat garam dalam gram perkilogram air laut. Salinitas ditentukan dengan mengukur klor yang takarannya adalah klorinitas, dengan rumus :
S 0/00 = 0,03 + 1,805 CI 0/00 (Romimohtarto, 2001).
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya, sebagai berikut :
1.) Pola sirkulasi air
2.) Penguapan
3.) Curah hujan
4.) Arah aliran sungai (Nontji, 1986)

2.3.3. DO
DO (Disolved Oxygen) menunjukkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Banyak sedikitnya kandungan oksigen dapat dipakai untuk menunjukkan banyak sedikitnya air. Angka DO yang kecil menunjukkan bahwa banyak pengotor atau bahan organik dalam air (Anonymous c , 2009).
Oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses pembakaran dalam tubuh. Beberapa bakteria maupun beberapa binatang dapat hidup tanpa O2 (anaerobik) sama sekali; lainnya dapat hidup dalam keadaan anaerobic hanya sebentar tetapi memerlukan penyediaan O2 yang berlimpah setiap kali. Kebanyakan dapat hidup dalam keadaan kandungan O2 yang rendah sekali tapi tak dapat hidup tanpa O2 sama sekali (Anonymous b, 2009).
Oksigen merupakan salah satu unsur kimia yang penting bagi kehidupan. Dalam air laut oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik oleh mikrorganisme. Oksigen terlarut juga sangat penting dalam mendeteksi adanya pencemaran lingkungan perairan. Karna oksigen dapat digunakan untuk melihat perubahan biota dalam perairan. Adapun kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan partikel gas yang ada di udara dan di air. Kadar garam terlarut dan adanya senyawa atau unsur yang teroksidasi dalam air. Semakin tinggi suhu, salinitas, dan tekanan gas yang terlarut dalam air maka kandungan oksigen makin berkurang. Kandungan oksigen terlarut ideal bagi biota diperairan adalah mencapai antara 4,0 – 10,5 mg/l pada lapisan permukaan dan 4,3 – 10,5 mg/l pada kedalaman 10 meter (Supriyadi, 2002).








III. METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi
3.1.1 Parameter Fisika
 Suhu
Thermometer Hg :berfungsi sebagai pengukur suhu perairan yang akan diamati

 Kecerahan
Secchi disk :sebagai alat pengukur suatu kecerahan di perairan
Tongkat skala :untuk menghitung d1 dan d2
Selotip :untuk membatasi tanda pada D1 dan D2

 Pasang surut
Tide staff :untuk mengukur pergerakan pasang surut

 Gelombang
Tongkat skala :untuk mengukur ketinggian gelombang yang datang
Stopwatch :untuk mengukur selisih dan lamanya gelombang yang datang
 Kecepatan arus
Tali raffia :untuk menghubungkan 2 botol kosong
2 buah botol air :sebagai pelampung dan
Mineral (@600ml) pemberat
Stopwatch :untuk mengukur lama kecepatan arus
Kompas :sebagai penunjuk arah dan menentukan arah arus

 Sifat optis air
Secchi disk :untuk mengukur kecerahan suatu perairan
Tongkat skala :untuk menghitung nilai D1 dan D2
3.1.2 Parameter Kimia
 pH.
Kotak standar pH :untuk mencocokan perubahan warna pada pH paper
pH paper :untuk mengukur kadar ph di perairan.





 Salintas
Refraktometer :untuk mengukur salinitas suatu perairan
Pipet tetes :untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil

 DO
Botol DO :untuk mengambil air sampel dari perairan untuk pengukuran DO
Water sampler :membantu pengambilan air sampel dari perairan untuk pengukuran DO
Pipet tetes :untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil
Buret :untuk tempat larutan titran dan titrasi
Statif :sebagai penyangga buret
Selang :untuk mengambil air jernih diatas endapan coklat
Pipet volume :untuk mengambil larutan dengan volume 0,1-10ml
Corong :untuk membantu memasukkan larutan titran ke buret.


3.2 Bahan dan Fungsi
3.2.1 Parameter Fisika
 Suhu
Air laut :sebagai objek pengukuran suhu suatu perairan
 Kecerahan
Air laut :untuk objek yang di ukur kecerahannya
 Pasang surut
Air laut :untuk objek pengukuran pasang surut
 Gelombang
Air laut :sebagai objek pengukuran gelombang
 Kecepatan arus
Air laut :sebagai objek pengukuran kecepatan arus
 Sifat optis air
Air laut :sebagai objek pengukuran sifat optis air
3.2.2 Parameter Kimia
 Pengukuran pH
Air laut :sebagai objek pengukuran pH air laut
 Salinitas
Air laut :sebagai objek yang akan diamati salinitasnya
Aquades :sebagai kalibrasi refraktometer
Tissue :untuk membersihkan kaca refraktometer secara searah

 Pengukuran DO
Air sampel :bahan yang akan diukur DOnya
MnSO4 :untuk mengikat O2 dalam larutan
NaOH+KI :melepas I2 dan membentuk endapan coklat
Amilum :indicator suasana basa/ indicator warna ungu
Na thiosulfat :sebagai titran
H2SO4 :untuk pengkondisian suasana asam dan melarutkan endapan coklat

3 . 3 Skema Kerja
3.3.1 Parameter Fisika
3.3.1.1 Suhu
Thermometer Hg
- Di celupkan Thermometer pada perairan 2-3 menit
- Di biarkan beberapa saat
- Di angkat dan secepatnya di baca nilai skala pada suhu
- Di catat hasilnya
Hasil


3.3.1.1 Kecerahan
Sechidisk
- Di turunkan sehidisk pelan-pelan dalam perairan
- Di amati sampai tidak tampak pertama kali
- Di beri tanda pada tali dengan karet gelang , di catat panjangnya (sebagai D1)
- Di turunkan lebih dalam lagi hingga benar-benar tidak tampak
- Di catat panjangnya (sebagai D2)
- Di hitung kecerahan dengan rumus D = D1 + D2 / 2
Hasil
3.3.1.3 Pasang Surut
Tide staff
- Di pasang di daerah pasang surut yang masih terendam air dengan surut terendah
- Di catat tinggi permukaan laut mula-mula (sebagai T0) cm
- Di biarkan selama 1-2 jam
- Di catat tinggi permukaan air laut (sebagai T1) cm
- Di hitung kecepatan pasang surut tersebut (cm/jam)
Hasil
3.3.1.4 Gelombang
a) Tinggi Gelombang
Tongkat Skala
- Di tancapkan Tongkat skala pada air
- Di ukur tinggi gelombang secara visual
- Di catat tinggi puncak gelombang dan lembah gelombang
- Di ulang percobaan selama 3x
Hasil
b) Periode gelombang
Tongkat Skala
- Di tancapkan tongkat skala dlm air
- Di ukur dan di catat lama waktu yang di perlukan
- Puncak gelombang 1 dengan gelombang 2 untuk melewati tongkat skala
- Di ulang percobaan sebanyak 3x
Hasil








3.3.1.5 Kecepatan Arus
Tali plastik
- Di hubungkan tali raffia dengan botol bekas dengan jarak 30cm antara botol 1 dengan botol 2
- Panjang tali 10-15m
- Botol pertama di isi air dan botol kedua di biarkan kosong
- Di hanyutkan botol mengikuti arus
- Di catat waktu yang di butuhkan untuk menempuh jarak 15m
- Di hitung kecepatan dengan arus dengan rumus V = s/t
- Di catat dengan satuan m/s
Hasil











3.3.1.6 Sifat Optis Air
Sechidisk
- Di turunkan pelan-pelan ke dalam perairan
- Di catat waktunya saat di turunkan
- Di amati sampai tidak tampak pertama kali
- Di beri tanda pada tali dengan karet gelang , di catat panjangnya (sebagai D1)
- Di turunkan lebih dalam lagi hingga benar-benar tidak tampak
- Di catat panjangnya (sebagai D2)
- Di hitung kecerahan dengan rumus D = D1 + D2 / 2
- Di ulang setelah 1jam
- Di catat hasilnya
Hasil

3.3.2 Parameter Kimia
3.3.2.1 PH
PH Paper
- Di celupkan PH paper ke dalam sampel air
- Di keringkan
- Di cocokan dengan warna standart yg ada di kotak
Hasil
3.3.2.2 Salinitas
Refraktometer
- Di bersihkan membrane refraktometer dengan aquades dan di keringkan dengan tissue
- Di ambil air laut dengan menggunakan pipet tetes
- Di teteskan 2 tetes pada membran Refraktometer
- Membran di tutup dengan penutupnya tanpa trjadi gelembung
- Di arahkan menuju cahaya
- Di lihat nilai salinitas langsung di baca pada tensa refraktometer
- Di catat hasilnya
Hasil


3.3.2.3 Botol DO
Water Sampler
- Di catat volume DO yang akan di gunakan
- Di masukan ke dalam water sampler
- Di tutup rapat
- Di tutup selang air
- Di masukan ke dalam perairan sampai ke dalaman tertentu
- Di tunggu sampai terdengar bunyi “blup”
- Di angkat dalam perairan
- Di tutup botol DO dalam air
- Di keluarkan water sampler
- Di tambahkan 2ml muSo4 x 2ml NaOh + Kl
- Di homogenkan
- Di biarkan 30 menit sampai terbentuk endapan coklat
- Di tambahkan 2ml H2So4 pekat
- Di homogenkan sampai endapan coklat larut
- Di tambahkan 3-4 tetes amium lalu di homogenkan
- Di titrasi dengan NaS2O3 0,25N sampai bening pertama kali
- Di catat volume NaS2O3
- Di lakukan perhitungan Do dengan rumus Do = V titran + N titran x 1000 x 8 / V botol . Do-4
Hasil


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Hasil Pengamatan
1. Kecepatan Arus
Hasil pengukuran kecepatan arus adalah:
Panjang tali (s) : 5 m
Lama Waktu (t) : 43,7 s
Kecepatan Arus (v) : = = 0,11
Arah Arus : dari Barat Daya menuju Tenggara

2. Kecerahan
Hasil pengukuran kecerahan adalah :
Kedalaman secchidisk (mulai tidak tampak) : 613 cm
Kedalaman secchidisk (mulai tampak) : 549 cm
Nilai Kecerahan :

= 518 cm

3. Suhu
Hasil pengukuran suhu didapatkan hasil, suhu perairan saat itu sebesar 32ºC
4. Salinitas
Hasil pengukuran salinitas didapatkan nilai salinitas perairan sebesar 30 ppt.

5. Derajat Keasaman (pH)
Hasil pengukuran derajat keasaman didapatkan data yaitu pH 9

6. Sifat Optis Air
Hasil pengukuran sifat optis air sebagai berikut :
Kecerahan pada pukul 12.00 WIB = 518 cm
Kecerahan pada pukul 13.00 WIB = 707,5 cm
α = Pengukuran I
β = Pengukuran II
α=12.00-06.00
= 6 jam 12.00
=6×15º 13.00
= 90º
β = 13.00-06.00 16.00 β α 18.00
= 7 jam
= 7×15º
= 105º
Keterangan : garis biru adalah alpa α
garis merah adalah betta β
Sifat optis air adalah 105 º
Kesimpulan : kecerahan paling tinggi yaitu pada β dengan besar sudut 105º, karena merupakan kecerahan paling tinggi dari pada α dengan besar sudut 90º
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Kecerahan pada suatu perairan erat kaitannya dengan proses fotosintesis (Anonymous b2009).

7. Gelombang
Hasil pengukuran gelombang didapatkan data snagai berikut :
I II III
Puncak (t0) 40 cm 42 cm 40 cm
Lembah (t1) 35 cm 39 cm 38 cm
Selisih (h) 5 cm 3 cm 2 cm
Periode gelombang (s) 0,15 s 0,19 s 0,18 s

Rata-rata tinggi gelombang =
= = 3,33 cm


Rata-rata periode gelombang = = = 0,17 s
8. Pasang Surut
Hasil pengukuran pasang surut didapatkan data sebagai berikut :
Pasang tertinggi (d1) = 80 cm
Pasang terendah (d2) = 22 cm
Lebar pasang surut = 0,58 m
Selang waktu pengukuran = 5 jam
Kecepatan pasang surut
V = =

9. Oksigen Terlarut
Hasil pengukuran DO = 5,67
Diket : V botol DO = 286 ml
V Titran V1 = 31,5 ml
V2 = 23,5 ml
N titran = 0.025 N
DO=
= = 5,67

Analisa Prosedur
Parameter Fisika
Suhu
Pada pengukuran suhu, alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah termometer Hg, pengukuran suhu dilakukan dengan cara mencelupkan termometer secara langsung kepermukaan air, agar suhu yang diperoleh tidak terkena pengaruh dari suhu tubuh, pada saat pengukuran tangan atau jari memegang tali yang berada diujung termometer dan membelakangi matahari. Hal tersebut dilakukan agar suhu yang diperoleh tidak terkena pengaruh dari lingkungan. Termometer didiamkan selama ± 2-3 menit, pembacaan skala dilakukan dengan cepat, dengan kondisi termometer tetap terendam. Pemberian selang waktu bertujuan untuk menyetabilkan termometer dan agar suhu yang didapat benar – benar akurat dan tidak terkena pengaruh lingkungan, hasil pengamatan dicatat pada lembar data lapang.





4.2.1.1 Kecepatan Arus
Pada pengukuran kecepatan arus, alat yang digunakan adalah dua buah botol plastic ukuran 600 ml, tali rafia, stopwatch, kompas, dan bahan yang digunakan adalah air lokal. Pertama-tama botol diikat dengan tali rafia yang panjangnya 30 cm dan diikatkan dengan botol kedua, setelah itu dari botol kedua diikatkan tali rafia sepanjang 5 m. Pada botol pertama diisi dengan air lokal yang berfungsi sebagai pemberat, sedangkan botol kedua dibiarkan kosong yang berfungsi sebagai pelampung. Panjang tali rafia merupakan jarak tempuh arus. Botol dimasukkan kedalam perairan bersamaan dengan diaktifkannya stopwatch, botol dibiarkan terbawa arus hingga tali meregang, waktu dari pencelupan botol hingga tali meregang merupakan waktu tempuh arus. Kecepatan arus dapat diketahui dengan cara membagi jarak (panjang tali) dengan waktu (selang waktu yang dibutuhkan tali hingga meregang). Kompas digunakan untuk mengetahui arah arus.







4.2.1.3 Pasang Surut
Pada pengukuran pasang surut alat yang digunakan adalah tide staff. Tongkat tide staff berskala 2 meter dan diberi tanda pada tiap sentinya, tide staff ditancapkan pada daerah yang masih tergenang saat pasang terendah, pada saat praktikum tide staff ditancapkan pada jarak 50 m dari pantai. Tinggi permukaan air pada tide staff dicatat sebagai tinggi pemukaan mula-mula (t0). Setelah itu tide staff dibiarkan hingga pasang terendah. Setelah selang waktu 5 jam, ketinggian permukaan air pada tide staff dilihat kembali dan dicatat sebagai (t1). Selisih dari (t0-t1) merupakan nilai kecepatan pasang surut setelah dibagi lama atau waktu pasang surut.

4.2.1.2 Gelombang
Pada pengukuran gelombang, alat yang digunakan adalah tongkat berskala 2 m, dan stopwatch. Pengukuran dilakukan saat pasang terendah, tongkat dicelupkan keair. Pengukuran gelombang dilakukan secara konvensional dan langsung. Gelombang yang datang dicatat tinggi puncak dan lembahnya, pengukuran dilakukan dengan pengulangan sebanyak tiga kali. Agar data yang diperoleh lebih valid. Untuk mengetahui periode gelombang dihitung lamanya waktu yang diperlukan antara puncak gelombang dengan lembah gelombang untuk melewati tongkat skala tersebut, pengukuran dilakukan dengan pengulangan sebanyak tiga kali untuk mengurangi kesalahan pengukuran. Agar pengamatan yang dilakukan lebih mudah diukur gelombang yang cukup besar.

4.2.1.3 Kecerahan
Pada pengukuran kecerahan alat yang digunakan adalah secchidisk, penggaris, karet gelang dan tali. Secchidisk dicelupkan kedalam air, terus dimasukkan hingga tidak terlihat untuk pertama kali, dicatat kedalamannya dengan menandai tali (d1), setelah itu secchidisk dimasukkan lebih kedalam hingga benar-bnar tidak terlihat dan nampak kembali untuk pertama kali, dicatat kedalamannya sebagai d2, setelah itu diukur kecerahannya yaitu jumlah antara d1 dan d2 dibagi 2 ( ).

4.2.1.4 Sifat Optis Air
Pada pengukuran sifat optis air, alat yang dibutuhkan sama dengan yang digunakan untuk mengukur kecerahan, yaitu secchidisk, penggaris, dan karet gelang. Hal yang pertama dilakukan sama dengan pada praktikum pengukuran kecerahan, untuk itu agar lebih menghemat waktu data kecerahan digunakan sebagai data pertama (D1) pada pengkuran sifat optis air. Untuk data kedua dilakukan pengukuran dengan selang waktu 1 jam, pengukuran kedua dilakukan pada pukul 13.00 WIB. Sechidisk dimasukkan kedalam perairan dan diukur atau dicatat kedalaman saat pertama kali secchidisk tidak terlihat (d1), setelah itu secchidisk terus dimasukkan hingga benar-benar tidak terlihat dan tampak kembali untuk pertama kali dan dicatat kedalamannya (d2), pada masing-masing kedalaman diberi tanda, setelah itu diukur menggunakan penggaris. Selisih antar d1 dan d2 merupakan data kecerahan ke2 (D2).

4.2.2 Parameter Kimia
4.2.2.1 Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran derajat keasaman (pH) dilakukan dengan menggunakan kertas pH universal, kertas pH biasa hanya untuk menunjukkan perairan basa atau asam, tetapi tidak menunjukkan nilai dari pH suatu larutan. Cara kerjanya yaitu kertas pH dicelupkan kedalam sampel hingga melewati keempat strip yang terdapat pada kertas pH, setelah itu dikibas-kibaskan tetapi tidak sampai kering. Selanjutnya warna pada kertas pH dicocokkan dengan warna yang terdapat pada kotak standart dan dicatat nilai pH-nya.




4.2.2.2 Salinitas
Alat yang digunakan dalam pengukuran salinitas ini adalah refraktrometer. Sebelum digunakan membran pada refraktometer dibersihkan dengan menggunakan aquades dan dikeringkan menggunakan kertas tissue. Sampel diambil menggunakan pipet tetes, sampel diteteskan pada permukaan membran ± 2 tetes, kemudian membran ditutup dengan kaca penutup. Refraktometer dihadapkan pada sumber cahaya dan diintip lewat lubang lensa, dicatat nilai salinitas yang tertera pada skala sebelah kanan. Setelah itu membran refraktometer dicuci kembali menggunakan aquades dan dikeringkan menggunakan tissue.

4.2.2.3 Oksigen Terlarut
Pada praktikum pengukuran kadar oksigen terlarut alat-alat yang digunakan yaitu water sampler, botol DO, buret, statif, selang, pipet volume, corong, selang aerator. Bahan yang digunakan meliputi sampel air laut, H2SO4 pekat, MnSO4, NaOH+Kl, Natrium Thiosulfat, Amilum. Pertama dilakukan pengukuran volume botol DO dan dicatat volumenya, setelah itu botol DO dimasukkan kedalam botol sampler dengan posisi selang masuk kedalam mulut botol DO. Setelah ditutup rapat botol sampler dimasukkan kedalam perairan hingga kedalaman yang diinginkan (setengah dari kedalaman pengukuran kecerahan). Setelah itu selang dibuka dan ditunggu hingga botol sampler penuh, selanjutnya botol sampler diangkat kepermukaan. Botol sampler dibuka, botol DO ditutup dengan hati-hati agar tidak terdapat gelembung udara, setelah ditutup botol dibolak-balik untuk memastikan tidak terjadi gelembung. Setelah itu sampel ditambahkan dengan 2 ml MnSO4 dan NaOH+Kl kedalam botol DO, diaduk-aduk hingga homogen, setelah itu didiamkan hingga terbentuk endapan berwarna coklat. Langkah selanjutnya air bening yang berada diatas endapan dibuang dengan menggunakan selang aerator. Setelah air dibuang endapan ditetesi 2 ml H2SO4 pekat dan diaduk-aduk, setelah homogen ditambahkan 4 tetes Amilum dan diaduk-aduk hingga berubah menjadi warna ungu, selanjutnya endapan dititrasi menggunakan Na2S2O3 0,025 N sampai tidak berwarna (bening) untuk pertama kali, dicatat volume titran sebelum dan sesudah titrasi. Langkah terakhir dihitung besar DO ( ) dengan menggunakan rumus :
DO=





4.3 Analisa Hasil
4.3.1. Parameter Fisika
4.3.1.1 Suhu
Dari hasil penagmatan suhu diperairan purbolinggo dengan menggunakan Thermometer Hg, didapatkan hasil 32 0C. Tingkat proses resksi biokimia tergantung pada suhu, suhu normal terjadi hokum Van Hoff’s (moncrief dan jones, 1977) dalam andayani (2005) yang menyatakan bahwa setiap 100C menaikkan suhu kira-kira dua kali tingkat reaksi.

4.3.1.2 Kecerahan
Dari hasil pengamatan diperairan probolinggo menggunakan secchi disk didapatkan hasil d1= 613 dan d2= 549, maka didapatkan nilai kecerahan 581. Dapat disimpilkan bahwa kecerahan pada daerah tersebut adalah baik. Sri Andayani (2005) penetrasi cahaya dalam perairan dipenguhi oleh besarnya tingkat partikel koloid terlarut (kekeruhan), dan umumnya plankton merupakan penyebab utama kekeruhan.

4.3.1.3 Pasang Surut
Dari hasil pengamatan diperairan purbolinggo dengan menggunakan tide staff didapat data t1 = 80 cm, t2 = 22 cm, sedangkan waktu pengukuran selama 5 jam, kecepatan pasang surut yaitu 11,6 m/s, lebar pasang surut maksimal 0,85 cm.
Menurut Romimohtarto (2001) pola pergerakan pasut ini terjadi karena perbedaann posisi suatu putr bumidan bulan, karena berbeda-bedanya posisi sumbu putar bumi dan bulan, arena perbedaan bentuk dasar laut dank arena banyak hal lain lagi.

4.3.1.4 Kecepatan Arus
Dari hasil pengamatan diperairan purbolinggo didapatkan data panjang tali 5 meter, waktu yang dibutuhkan (t) 43,7 detik. setelah itu perhitungan didapat hasil 0,11 m/s, dengan narah arus dari barat laut ke tenggara. menurut Hinckteg Etall (1991) diacu dalam Zottoli (2000) arus selalu berhungan dengan kedalaman. perubahan arah arus yang kompleks susunannya terjadi sesuai dengan makin berambahnuya kedalaman perairan.

4.3.1.5 Gelombang
dari hasil pengukuran gelombang dpada perairan purbolinggo menggunakan tongkat skala diukur 2 parameter yaitu tinggi gelombang dan priode gelomabng. pada pengukuran tinggi gelombang didapat pengukuran ke 1 puncak 48 cm, lembah 35 cm jadi selisihnya 5cm. pada pengukuran kedua didapat hasil puncak 42 cm, lembah 39 cm jadi selisihnya 3 cm. pada pengukuran ketiga didapat hasil puncak 40 cm, lembah 38 cm jadi selisihnya 2 cm, dan tinggi gelombang rata-rata yaitu 43,33 cm.
Pada pengukuran periode gelombang didapatkan hasil pada pengukuran pertama didapat 0,15 detik kedua 0,19 detik, dan ketiga 0,18 detik, dengan rata-rata 0,11 detik. Dari data tersebut dapat disimpulkan gelombang pada perairan probolinggo cepat karena kurang dari 1 detik dan tinggi gelombang sangat rendah.
Gelombang atau ombak yang terjadi dilkukan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung kepada gaya pembangkit. pembangkit gelombang laut disebabkan oleh : Angin (gelombang angin), gaya tarik-menarik bumi-bulan-matahari (gelombang pasang surut), gempa (vulkanik dan tektonik) didasar laut (gelombang tsunami) ataupun gelombang yang disebabkan oleh kapal (Anonymous a, 2009).

4.3.1.6 Sifat Optis Air
dari hasil pengukuran diperairan probolinggo menggunakan secchi disk didapat kecerahan pada pukul 12.00 WIB yaitu 581 cm dan pada pukul 13.00 WIB yaitu 707,5 cm, dimana nilai oftisnya perjam yaitu 150 dan sudut yang dibentuk yaitu ∞ = 900 dan β = 1050 kecerahan yang paling tinggi pada pukul 13.00 WIB dengan kecerahan 707,5 cm.

4.3.2 Parameter Kimia
4.3.2.1 pH
Dari hasil pengukuran diperairan purbolinggo menggunakan pH paper didapt hasil yaitu 9. pH diperairan purbolinggo yaitu bersifat basa. nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila mendekati nilai pH 7. Nilai pH >7 menunjukan larutan memiliki sifat basa, sedangkan pH <7 menunjukkan asam (Anonymous c, 2009).

4.3.2.2 Salinitas
dari hasil pengukuran diperairan purbolinggo didapat nilai salinitas yaitu 30 ppt. Menurut Anonymousa (2005) air laut mengandung ,5 garam-garam.Gas terlarut bahan-bahan organic da partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat oftis air laut (seperti : densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperature dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetepi tidak menentukannya. Beberapa tingkat, tetapi terpengaruh secara signifikan oleh salinitas dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam dilaut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.



4.3.2.3 DO
dari hasil pengukuran diperairan purbolinggo didapat hasil adalh 5,87 mg/l. Menurut Sri Andayani (2005), kelarutan okeigen dalamair dipengaruhi peubah lain seperti temperatur, kadar garam maupun bahan organic terlarut menurunkan konsentrasi jenuh oksigen terlarut. Peningkatan kecrahan menaikkan konsentrasi oksigen terlarut pada siang hari untuk menurunkannya pada malam hari.

4.4 Manfaat dibidang perikanan
4.4.1 Parameter Fisika
 Suhu
Dapat mengetahui suhu perairan dipantai dan suhu rata-rata perairan.

 Kecerahan
Mengetahui tingkat kecerahan pada perairan dan Mengetahui tingkat penetrasi cahaya masuk kedalam perairan.

 Gelombang
Mengetahui tinggi dan rendah (puncak & lembah) gelombang diperairan
Mengetahui tinggi gelombang rata-rata perairan.

 Sifat oftis air
Mengetahui tingkat kecerahan paling tinggi diperairan.

 Pasang surut
Mengetahui kapan waktu pasang surut terjadi
Mengetahui tinggi air pasang tertinggi dan tinggi air pada surut terendah

 Kecepatan arus
Mengetahui kecepatan arus pada perairan laut
Mengetahui arah arus yang dating dan arus yang pergi

4.4.2 Parameter Kimia
 pH
Mengetahui tingkat atau nilai kesaaman atau kebasaan suatu perairan

 DO
Mengetahui tingkat kadar oksigen terlarut yang terdapat di perairan

 Salinitas
Mengetahui tingkat kadar garam yang terdapat diperairan.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum adalah:
 oseanografi merupakan suatu kajian yang membahas mengenai lautan yang didalamnya terdapat unsur-unsur atau proses.
 Oseanografi dipengaruhi oleh faktor fisika dan faktor kimia.
 Faktor fisika
- Suhu : Derajat tingkat temperatur yang mempunyai keadaan lingkungan baik aktifitas metabolisme atau perkembangan organisme tersebut.
- Kecerahan : Konsentrasi penetrasi cahaya yang masuk kedalam perairan.
- Pasung surut : Keadaan tinggi rendahnya air laut yang hampir teratur
- Gelombang : Gerakan naik dan turunnya air secara bergantian

- Kecepatan arus : Gerakan air yang dipengaruhi oleh angin yang mengakibatkan perpindahan massa air.
- Sifat Optis Air : Merupakan penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan baik diteruskan atau pun di hamburkan.
 Faktor kimia
- pH : Derajat nilai keasaman atau kebasaan pada perairan.
- Salinitas : Kadar garam yang terdapat pada arus laut.
- DO : Kadar oksigen terlarut yang terdapat di perairan.








Parameter Hasil
Suhu 32 0C
Kecerahan 581 cm
Pasang surut :
1. Kecepatan pasang surut
2. Lebar pasang surut maksimal
3. Tipe pasang surut
11.6 cm/jam

0.58 m

semidiurnal
Gelombang rerata 0.17
Kecepatan arus 0.11 m/detik
Sifat optis β 1050
pH 9
Salinitas 30 ppt
DO (Oksigen terlarut) 5.67 mg/l

5.2 Saran
Dalam praktikum sebaiknya diefesienkan waktu agar praktikum dapat mengikuti dengan baik, materi yang dipraktikumkan sebaiknya disampaikan dengan baik dan koordinasi antara asisten praktikum dan praktikan dapat lebih ditingkatkan.



DAFTAR PUSTAKA


Anonymousa,2009.Kecerahan.http://www.Shantybio.transdigit.com. Diakses 31 Mei 2009 pukul 18.00 WIB.

Anonymousb,2009.KualitasBudidaya.http://SMK3ae.wordpress.com. Diakses 31 Mei 2009 pukul 18.30 WIB.

Anonymousc, 2009. DO. http://wikipedia.org. Diakses tanggal 30 Mei 2009 pukul 19.00 WIB.

Andayani S. 2005. Kualitas Air. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.

Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. PT. Gramedia. Jakarta.

Bayard, H dan Zottoli, P. 1983. Pengantar Biologi Laut. Mosbycompany. London.

Geocities. 2009. Parameter Air. http://www.geocities.com. Diakses 29 Mei 2009. Pukul 18.30 WIB.

Hutabarat, S. E. 1985. Pengantar Oceanografi. UI Press. Jakarta.

Nontji, A. 1986. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Nyabakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta.

Romimohterto, K dan Juwana, S. 2001. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta

Supriyadi.2002.OksigenTerlarut.http://www.raya4.papua.com. Diakses 28 Mei 2009 pukul 18.00 WIB.
Widiyati, A. 2005. Pemeliharaan Larva Ikan Koi. http://www.Ikanlaut.unsoed.ac.id. Diakses tanggal 28 mei 2009 Pukul 18.30 WIB.

Wikipedia. 2009. Sifat Optis Air. http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 29 Mei Pukul 19.00 WIB.

Zottoli.Connoughey.2000.Pengantar Biologi Laut. Themosby Company. London.



LAPORAN PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI

Disusun oleh :

1. Nurwahida Ari W 0810820046
2. Saba Diego Ely 0810820050
3. Iwan 0810843004
4. Bagus Arianto 0810843006
5. Anggit Juliadi 0810850028
6. Zainiyah Soffah 0810850061
7. Agung Azhar K 0810852009
8. Fitri Sukmaningtyas 0810853005
9. Ady Surya 0810860001









FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2009

Senin, 26 Oktober 2009

laporan biologi laut

LAPORAN PRAKTIKUM
“BIOLOGI LAUT”


Oleh:
NUR AINI (0810850053)
PERTIWI (0810850054)
PRIYANDARU AGUNG E T (0810850055)
PUTRI NOVIA SARI U (0810850057)
RINI RAFIKA (0810850058)
RIO K B (0810850059)
ZAINIYAH SOFFAH (0810850061)

KELOMPOK : 13
ASISTEN : M.AWALUDDIN ADAM








FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2009
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Biologi laut, yakni ilmu pengetahuan tentang kehidupan biota laut, berkembang begitu cepat untuk mengungkap rahasia kehidupan berbagai jenis biota laut yang jumlah jenisnya luar biasa besarnya dan keanekaragaman jenisnya luar biasa tingginya. Tingginya keanekaragaman jenis biota laut barangkali hanya dapat ditandingi oleh keanekaragaman jenis biota di hutan hujan tropik di darat. Laut seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. (Romimontarto, 2001)
Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut, tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup di semua bagian lingkungan laut tersebut dan di segala kondisi lingkungan yang majemuk. Mereka dikelompok-kelompokkan oleh pengaruh sifat-sifat lingkungan yang berbeda-beda ke dalam lingkungan-lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau mintakat-mintakat menurut kriteria-kriteria yang berbeda-beda. (Romimohtarto, 2001)
Pencampuran air laut dan air tawar mempunyai pola pencampuran yang khusus. Berdasarkan pola pencampuran air laut, secara umum terdapat 3 model estuaria yang sangat dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi, kedalaman, dan pola pasang surut karena dorongan dan volume akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari air sungai. (Anonymousa, 2009).
Zona intertidal adalah area sempit dalam sistem bahari antara pasang tertinggi dan surut terendah.zona kedua merupakan batas antara sudut terendah dan pasang tertinggi dan garis permukaan laut (intertidal) dan zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah garis permukaan laut ( subtidal ).(Prajitno,2007)
Ekosistem mangrove didefinisikan sebagai mintakat pasut dan mintakat apasut dari pantai berlumpur dan teluk,goba dan estuari yang didominasi oleh halopita,yakni tumbuh-tumbuhan yang hidup di air asin berpokok dan beradaptasi tinggi yang berkaitan dengan anak sungai,rawa-rawa,bersama-samasengan populasi tumbuh-tumbuhan dan hewan.(Prajitno,2007)
Estuari memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Perairan semi tertutup
Bagian dari muara sungai
Dipengaruhi oleh pasang surut
Berhubungan langsung dengan laut
Tempat air laut bertemu / bercampur dengan air tawar (Prajitno,2007)

1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum biologi laut ini adalah agar praktikan mengetahui dan mengerti flora dan fauna yang ada di zona mangrove dan zona intertidal, serta mengetahui dan mengerti parameter yang diukur di zona estuaria.

1.2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum biologi laut ini adalah agar praktikan mampu mengidentifikasi dan mengklarifikasikan flora dan fauna yang ada di zona mangrove dan intertidal serta mampu mengukur parameter di zona estuaria.





1.3 Tempat dan Waktu
1.3.1 Tempat
Praktikum biologi laut dilaksanakan dua kali, yaitu :
Pertama praktikum lapang yang bertempat di Pantai Kondang Merak, Kabupaten Malang Selatan.
Praktikum yang kedua di Laboratorium Ilmu-Ilmu Perairan (IIP). Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Brawijaya Malang.

1.3.2 Waktu
Praktikum lapang biologi laut dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 11 April 2009 pukul 06.00 wib – selesai.
Praktikum laboratorium dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 12 April 2009 pukul 07.30 wib – selesai.




2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zonasi
2.1.1 Intertidal
a. Pengertian Zona Intertidal
Menurut Nybakken (1988) menyatakan bahwa zona intertidal (pasang-surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia. Merupakan pinggiran yang sempit sekali hanya beberapa meter luasnya. Terletak di antara air tinggi dan air rendah. Zona ini merupakan bagian laut yang mungkin paling banyak dikenal dan dipelajari karena sangat mudah dicapai manusia. Hanya di daerah inilah penelitian terhadap organisme perairan dapat dilaksanakan secara langsung selama periode air surut, tanpa memerlukan peralatan khusus. Zona intertidal telah diamati dan dimanfaatkan oleh manusia sejak prasejarah.
Menurut Prajitno (2007), zona intertidal adalah area sempit dalam sistem bahari antara pasang tertinggi dan surut terendah. Zona kedua merupakan batas antara surut terendah dan pasang tertinggi dari garis permukaan laut (intertidal) dan zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah dan garis permukaan laut (subtidal). Garis pantai yang memanjang dengan batas laut yang apik memberikan gambaran tersendiri. Genangan air laut terhadap daratan pesisir yang terus berubah dengan dinamika yang cukup tinggi, memungkinkan pemilihan zona bagi kawasan ini yang banyak dipengaruhi oleh pola pergerakan pasang surut.
b. Biota pada Zona Intertidal
Menurut Prajitno (2007), pada beberapa kawasan yang jauh dari kegiatan manusia kita dapat menemukan begitu ramainya kehidupan pantai berpasir dari kegiatan “pencarian makanan” dan “bermain” di sela-sela hempasan riak gelombang oleh kepiting-kepiting kecil termasuk hermit crab, cacing-cacing pantai, kerang-kerangan kecil. Komunitas vegetasi pantai tropis didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Algae sargassum tumbuh dari daerah intertidal, subtidal sampai daerah tubir dengan ombak besar dan arus deras kedalaman untuk pertumbuhan dari 0,5 – 10 m.

Ikan-ikan intertidal :
Menurut Nybakken (1988), walaupun banyak penelitian yang sudah dilakukan dalam ekologi invertebrata dan tumbuhan dari zona intertidal dengan tiga tipe pantai, tetapi hanya sedikit keterangan mengenai ikan di daerah ini atau tentang peranannya di dalam organisasi komunitas baik sebagai grazer maupun predator.
Burung :
Menurut Nybakken (1988), ketika pasang turun, berbagai burung biasanya berasosiasi dengan zona intertidal. Cukup mengherankan, pengaruh burung-burung ini terhadap komunitas invertebrata pada saat ini sangat sedikit diketahui, kecuali peranan pada hamparan dataran lumpur estuaria. Kebanyakan burung yang berasosiasi dengan daerah intertidal merupakan burung karnivora atau omnivora.
2.1.2 Mangrove
a. Pengertian Zona Mangrove
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat dimana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai dimana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu (Anonymousb, 2009).
Menurut Romimontarto (2001), mangrove umumnya berupa hutan yang terletak di tepi pantai laut di mintakat pasut. Hutan ini umumnya lebat dan berawa-rawa sehingga penelitian dengan menggunakan metode transek tidak mudah. Para peneliti harus bekerja keras untuk dapat melakukan penelitian dengan metode tersebut.
b. Biota Pada Zona Mangrove
Menurut Romimontarto (2001), tumbuh-tumbuhan mangrove yang khas kebanyakan beradaptasi seperti yang telah diterangkan. Beberapa jenis seperti Avicennia hidup di habitat yang berair lebih asin sedangkan Nypa fructicans terdapat pada habitat yang berair lebih tawar. Beberapa hewan mangrove beradaptasi hidup melekat pada akar Rizophora dan Bruguiera. Bersama mereka biasanya terdapat masyarakat kecil terdiri dari keong, kerang, kepiting, udang, teritip, isopoda, amphipoda, cacing, sepon dan ikan.
Menurut Prajitno (2007) bahawa hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak-semak,semak yang terdiri itu Genera tumbuhanAegiatusberbunga(Avicennia,Sonneratia,Rhizophora,Bruguiera,Xylocarpus,Langunculana,Aegiatus,Snaed,dan Conocarpus yang termasuk kedalam 8 familiy.

c. Susunan Tanaman dari Perairan ke Daratan di Mangrove
Berdasarkan ketahanannya terhadap genangan pasang air laut, Prajitno (2007) mengelompokkan tumbuhan mangrove menjadi lima, yaitu:
1.Spesies tumbuhan yang selamanya tumbuh di daerah genangan untuk semua pasang naik: pada umumnya tidak ada spesies dapat hidup pada kondisi seperti ini, kecuali Rhizophora mucronata.
2.Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah genangan untuk semua pasang medium: spesies yang banyak hidup di sini adalah dari genera Avicennia, yaitu Avicennia alba, A. marine, A. intermedia, dan Sonneratia griffithi, serta spesies Rhizophora mucronata yang tumbuh di tepi sungai.
3.Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah genangan pada pasang naik normal: umumnya tumbuhan mangrove dapat hidup di daerah ini. Namun yang paling dominan adalah spesies dari genera Rizhopora.
4.Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah genangan hanya pada pasang-naik tertinggi (spring-tide): cocok untuk spesies Bruguiera gymnorhiza dan B. cylindricat.
5.Spesies tumbuhan yang hanya tumbuh di daerah genangan pada pasang naik lainnya (kadang-kadang digenangi oleh pasang tertinggi): Bruguira gymnorhiza dominan, akan tetapi Rhizophora apiculata dan Xylocarpus granatus dapat tahan di daerah ini.
Menurut Ghufron (2008), hutan mangrove terdapat lima zona berdasarkan frekuensi air pasang, yaitu:
1.Hutan yang paling dekat dengan laut ditumbuhi oleh Avicennia dan Sonneratia.
2.Hutan pada substrat yang sedikit lebih tinggi yang biasanya dikuasai oleh Bruguiera cylindrica.
3.Ke arah daratan lagi hutan dikuasai olah Rhizophora mucronata dan R. apiculata.
4.Hutan yang dikuasai oleh Bruguiera parviflora kadang-kadang dijumpai tanpa jenis pohon lainnya.
5.Hutan mangrove terakhir dikuasai oleh Bruguiera gymnorrhiza.

2.1.3 Estuaria
a. Pengertian Zona Estuaria
Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan daerah percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, dan sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar). Lingkungan estuariaa merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat dipengaruhi oleh pasang-surut, tetapi terlindung dari pengaruh gelombang laut. (Anonymousc, 2009)
Estuaria adalah daerah litoral yang agak tertutup (teluk di pantai), tempat sungai bermuara dan air tawar dari sungai bercampur dengan air asin dari laut. Biasanya berkaitan dengan pertemuan perairan sungai dengan perairan laut. (Anonymousd, 2009).
b. Biota Pada Zona Estuaria
Menurut Nybakken (1988), genera diatom yang dominan termasuk Skeletonema, Asterionella, Chaetoresos, Nitzchia, Thallassionema, dan Melosira. Genera Dinoflagellata yang melimpah termasuk Gymnodinium, Gonyaulax, Peridinium, dan Ceratium. Zooplankton estuaria yang khas meliputi spesies dari genera Copepoda eurytemora, Acartia, Pseudodiaptomus, dan Centropages; misid tertentu misalnya spesies dari genera Neomysis praunus dan Mesopodopsis dan amfipoda tertentu misalnya spesies dari Gammarus.
2.3.2 Suhu
Menurut Bayard (1983), suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran jasad-jasad laut. Jasad-jasad yang mampu mempertenggangkan jangka suhu yang nisbi. Luas diistilahkan sebagai ueritermal, yang terbatas kepada jangka suhu yang sangat sempit disebut stenotermal. Beberapa jenis diantaranya lebih euritermal pada tahap-tahap tertentu dari kehidupannya daripada yang lain.
Menurut Romimontarto (2001), pada permukaan laut air murni berada dalam keadaan cair pada suhu tertinggi 100 oC dan suhu terendah 0 oC. Karena adanya pengaruh salinitas dan densitas, maka air laut dapat tetap cair pada suhu dibawah 0 oC. Suhu alami air laut berkisar antara suhu dibawah 0 oC tersebut sampai 33 oC. Di permukaan laut, air laut membeku pada suhu -1,9 oC. Perubahan suhu dapat memberi pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut lainnya dan kepada biota laut
3. METODOLOGI

3.1 Fungsi Alat dan Bahan
3.1.1 Fungsi Alat
lapang
a) Zona Mangrove
Cetok = Untuk mengambil biota yang ada
di dalam transek
Kamera Digital = Untuk mengambil gambar biota
Ember = Sebagai tempat alat biota
Transek = Alat yang di gunakan untuk
menentukan letak biota
b)Zona Estuari
* Kecerahan :
Secchi disk = Untuk mengukur kecerahan
* Salinitas
Refraktometer = Untuk mengukur salinitas
* DO
Botol DO = Sebagai tempat cairan
Selang Aerator = Untuk mengambil cairan bening
Water sampler = Sebagai tempat Aquadest
* Suhu
Thermometer = Untuk mengukur suhu
* pH
- Kotak pH = Sebagai alat untuk mengidentifikasi
besarnya pH
c)Zona Intertidal
Cetok = Untuk mengambil biota di dalam transek
Seser = Untuk mengambil biota daerah intertidal
Kamera Digital = Untuk mengambil gambar biota yang tidak dapat di ambil sample biotanya
Ember = Sebagai tempat alat dan biota
Transek = Alat yang di gunakan untuk menentukan letak biota
Selang Aerator = Untuk mencari titik keseimbangan antara tali rafia dan tongkat skala
Tongkat Berskala = Untuk mengukur kedalaman air laut pada zona intertidal

Laboraturium
a)Salinitas
Refraktometer = Untuk mengukur salinitas
b)Identifikasi Biota
Nampan = Sebagai tempat biota yang akan di ukur
Jangka Sorong = Untuk mengukur morfometrik biota
c)DO
Botol DO = Sebagai tempat cairan larutan
sample zona estuari
Buret = Sebagai titrasi larutan
Corong = Untuk memasukan larutan ke dalam buret
Pipet Tetes = Untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit
Washing bottle = Sebagai tempat aquadest
Statif = Sebagai penyangga buret

3.1.2Fungsi Bahan
a)Bahan Lapang
Tali rafia 25 M = Sebagai tanda jarak di Zona Intertidal
Air sample = Sebagai media sample
Karet Gelang = Untuk mengikat plastik yang ada biotanya
Kantong Plastik = Sebagai wadah biota yang di ambil



* DO
Kertas A4 = Untuk mencatat gasil pengamatan
Tissue = Untuk membersihkan kaca refrakto meter
NaOh + KI = Untuk membentuk endapan coklat
MnSO4 = Untuk mengikat O2
Kertas label = Untuk memberi tanda pda sample

B)Bahan Laboraturium
H2SO4 = Untuk pengkondisisan asam dan melarutkan endapan coklat
Amilum = Sebagai indikator warna ungu dan pengoksidasian suasana basa
Kertas A4 = Untuk mencatat hasil Pengamatan
Na-Thiosulfat = Untuk larutan titran
Aquadest = Untuk membersihkan alat (mengkalibrasi )











3.2Prosedur kerja
3.2.1Pengambilan biota di pantai



Disiapkan transek
Di buat transek kuadrat
Di letakan transek ukuran 1x1 m
Di tentukan stasiun 1 sampai stasiun 10
dengan jarak 1 M
Di gali setiap stasiun dengan menggunakan cetok untuk mendapatkan biota


Di ambil biota dari masing-masing stasiun yang di temukan
Di masukan dalam kantong plastik, untuk flora di foto
Di ikat dengan karet gelang
Di beri tanda dengan menggunakan kertas label
























3.2.2Pengambilan biota mangrove



Disiapkan transek
Di buat belt transek
Di letakan transek ukuran 1x1 m
Di tentukan stasiun 1 sampai stasiun 5
Di gali setiap stasiun dengan menggunakan cetok untuk mendapatkan biota



Di ambil biota dari masing-masing stasiun yang di temukan
Di masukan dalam kantong plastik, untuk flora di foto
Di ikat dengan karet gelang
Di beri tanda dengan menggunakan kertas label



3.2.3Pengukuran Kualitas Air

A. pH




Di siapkan pH paper
Di Celupkan pH paper dalam perairan
Di tunggu 2 – 3 menit
Di cocokan dengan parameter warna/kotak standart











B. Suhu




Di siapkan thermometer
Di masukan di dalam perairan dengan membelakangi matahari
Di tunggu 2-3 menit
Di catat pada saat termometer masih di dalam air
Di ambil































C. Oksigen terlarut (DO)

Di lapangan



Di siapkan
Di buka tutup water sampler


Di masukan ke dalam water sampler
Di buka tutup botol DO
Di letakan di samping botol DO
Di tutup water sampler



Di sambung selang pada tutup water sampler
Di masukan dalam perairan
Di letakan selang aerator di dekat talinya
Di tunggu sampai buinyi ”Blub”
Di tutup ujung selang
Di angkat dari perairan
Di buka tutup water sampler
Di tutup botol DO di dalam air



Di angkat dan di bolak balik
Di buka tutup botol DO
Di tetesi 2ml larutan MnSo4
Di homogenkan
Di tetesi 2 ml NaoH +KI
Di homogenkan
Di Endapkan 30 menit
Di tutup Botol Do






Di laboraturium


Di siapkan
Di ambil cairan bening dari botol DO dengan
menggunakan selang aerator
Di buang cairan bening
Di tetesi 2 ml larutan H2SO4
Di homogenkan
Di tetesi 3-4 ml amilum
Di homogenkan
Di letakan di bawah buret yang berisi Na-Thiosulfat
Di titrasi Na2S2O3 sambil di homogenkan
Di tunggu cairan dengan di tetesi di bawah buret
sampai bening pertama kali
Di lihat Vo titrasi yang di gunakan
Di hitung Do dengan rumus sebagai berikut


D. Salinititas




Di siapkan
Di buka tutup refraktometer
Di kalibrasi dengan aquadest
Di keringkan dengan tissue
Di teteskan air sample di refraktometer
Di tutup refraktometer jangan sampai
terjadi gelmbung udara
Di lihat refrakto meter menghadap cahaya
Di lihat bagian kanan untuk salinitas
Di amati angka yang ada pada bagian kanan
Refraktometer


3.2.5Pengukuran kelandaian pantai




Di rentangkan tali rafia dan garis yang telah ditentukan menuju ke laut sampai 25 meter
Di tegakan tongkat berskala pada ujung tali rafia
Di cari keseimbangan tongkat dengan tali rafia dengan menggunakan selang aerator
Di catat tinggi keseimbangan pada tongkat
Di hitung dengan rumus
Tan






3.2.6Identifikasi dan klasifikasi biota




Di siapkan
Di ukur morfometrik menggunakan jangka sorong
Di identifikasi ciri-cirinya
Di cocokan dengan buku identifikasi












4.DATA HASIL,PERHITUNGAN DAN ANALISA

4.1Data Hasil
4.1.1Pantai Berbatu

No
Biota
Klasifikasi
Ciri - ciri
Jumlah
Biota
Gambar



1.
Transek 6
Stasiun 1

(Alga Coklat)
Phylum : Ochrophyta
Class : Phaeista
Super-class : phaeistia
Class : Phaeophyceae
Order : Fucales
Family : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Species : sargassum polycystum
Thaili silindris berduri – duri kevil merapat, holdfast membentuk cakram kecil dengan diatasnya secara karakteristik terdapat perakaran stolon yang rimbun berekspansi ke segala arah, batang pendek dengan percabangan utama tumbuhan..




1





2.
Transek 6
Stasiun 5

(Kelomang)

Transek 4
Stasiun 3

Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Sub-class : Malacostraca
Order : Decapoda
Infraorder : Anomura
Family : Coenobitidae
Genus : Birgus ; Coenobita
Species : Birgus latro
Kelomang adalah jenis hewan lunak barkaki perut dan bercangkang tunggal bagian bawah perut kelomang juga berfungsi mirip insang yaitu untuk menyerap zat asam yang berasal dari cadangan air dalam cangkang.




2




3.
Transek 4
Stasiun 3

Transek 4
Stasiun 3

(Kepiting)

Transek 4
Stasiun 3

Transek 4
Stasiun 3

Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Upafilum: Crustacea
Kelas: Malacostraca
Ordo: Decapoda
Upaordo: Pleocyemata
Infraordo: Brachyura
Spesies : Callinectes sapidus


Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki, sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi sepasang capid dan tidak digunakan untuk bergerak tubuh kepiting dilindungi oleh kerangka luar yang sangat keras tersusun dari kitin dan dipersenjatakan dengan sepasang capid.





4


4.1.2Mangrove

No
Biota
Klasifikasi
Ciri - ciri
Jumlah
Biota
Gambar



1.

Stasiun 2

(Ikan gelodok)


Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Familia: Gobiidae
Subsuku: Oxudercinae

Ikan ini senang melompat – lompat kedaratan, terutama didaerah berlumpur atau berair dangkal disekitar hutan bakau ketika air surut.



2






2.

Stasiun 1

(Kelomang)


Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Sub-class : Malacostraca
Order : Decapoda
Infraorder : Anomura
Family : Coenobitidae
Genus : Birgus ; Coenobita
Species : Birgus latro
Kelomang adalah jenis hewan lunak barkaki perut dan bercangkang tunggal bagian bawah perut kelomang juga berfungsi mirip insang yaitu untuk menyerap zat asam yang berasal dari cadangan air dalam cangkang.




1




3.


Stasiun 1

Stasiun 3

(Kepiting)

Stasiun 4

Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Upafilum: Crustacea
Kelas: Malacostraca
Ordo: Decapoda
Upaordo: Pleocyemata
Infraordo: Brachyura
Spesies : Callinectes sapidus


Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki, sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi sepasang capid dan tidak digunakan untuk bergerak tubuh kepiting dilindungi oleh kerangka luar yang sangat keras tersusun dari kitin dan dipersenjatakan dengan sepasang capid.

10

1

5

















4.1.3Data Kualitas Air

Kelompok
Wilayah

Ganjil
(1,3,5,7,9,11,13)
Dasar Tengah Permukaan
pH = 8 pH = 8 pH = 8
Suhu = 30C Suhu = 30C Suhu = 30C
DO = 10,16 mg/lt DO = 4,86 mg/lt DO = 5,69 mg/lt
Salinitas = Salinitas = Salinitas =

Genap
(2,4,6,8,10, 12)

pH = 7 pH = 7 pH = 8
Suhu = 30C Suhu = 30C Suhu = 30C
DO = DO = DO =
Salinitas = 31 Salinitas = 30 Salinitas = 20

















a. Grafik Hubungan Jumlah Biota Dengan Transek Di Zona Intertidal


b. Grafik Hubungan Jumlah Biota Dengan Transek Di Zona Mangrove














4.1.4 Profil Pantai, Estuari dan Mangrove

a.Profil Pantai








b.Profil Estuari













c.Profil Mangrove












4.1.5 Hubungan Tinggi Dengan Panjang Pada Kemiringan Pantai

Hubungan tinggi dengan panjang pada kemiringan yaitu dengan cara membagi tinggi tongkat dan panjang tali.


25 m

0,8 m

Diketahui : tinggi = 80 cm = 0,8 m
Panjang tali = 25 m
Tan α = y / x
Tan α = 0,8 / 25
Tan α = 0,032
α = arc tan 0.032
α = 1,80
z = √ 252+0,82
z = √625,64
z = 25,01
1.Permukaan
D : Va = 5.3 Liter
Vt = 17,8 Liter
V botol DO = 250 Liter

DO (mg/lt) =


=
= 10,16 mg/lt


2.Tengah
D : Va = 17,8 Liter
Vt = 25 Liter
V botol DO = 300 Liter

DO (mg/lt) =

=
= 4,86 mg/lt

3.Dasar
D : Va = 18 Liter
Vt = 25 Liter
V botol DO = 250 Liter

DO (mg/lt) =

=
= 5,69 mg/lt



4.2 Analisa Prosedur
4.2.1 Mangrove
a. Analisa Prosedur
Pertama kali yang haru dilakukan adalah membagi wilayah untuk tiap kelompok, kemudian pada wilayah tersebut ditaruh transek sebanyak 5 kali, lalu diamati biota. Yang ada didalam transek 1, kemudian diambl biota dan dimasukkan dalam kantung plastik, praktek ini dilakukan kembali sampai transek 5 dan dicatat hasilnya.
b. Analisa hasil
Dari praktikum dizona mangrove didapat hasil dengan biodata kepiting 10 ekor, di stasiun 1 juga ditemukan klomang yang berjumlah 1 ekor sedangkan stasium 3 ditemukan lagi kepiting dengan jumlah 1 ekor. Kemudian pada stasium 4 juga ditemukan kepiting 5 ekor. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa zona mangrove dapat ditemukan biota jenis kepiting.
Dari data diatas dapat disimpulakan pada zona mangrove ini didominasi oleh kepiting dan ikan glodok. Beberapa sumber daya perairan yang sering ditemukan ekosistem mangrove dijlaskan sebagai berikut :
a.Ikan
Ikan penetap sejati yaitu ikan yang seluruh hidapnya dijalankan didaerah hutan mangrove seperti ikan glodok (periothalmus.sp)
b.Crustace dan Molusca
Biota yang paling banyak dijumpai di ekosistem adalah Crustacea dan mulusca, kepiting dan berbagai species sesame umunya dijumpai dihutan mangrove. Kepiting – kepiting dan Famili Pertunidae juga merupakan biota yang umum dijumpai (Anonymous, 2009).

4.2.2Pantai
a.Analisa proses
pada pengambilan biota dipantai, hal pertama yang dilakukan adalah membuat transek kuadrat, kemudian menentukan stasiun 1 samapai stasiun 10 dengan jarak masing – masing 1 meter. selanjutnya digali setiap stasiun dengan menggunakan cetok. Setelah itu detemukan biota dari stasiun dari masing – masing atasiun diambil dan dimasukkan kedalam kantung plastic kemudian di beri label atau kertas label.
b.Analisa Hasil
Pada pengambilan biota dipantai diperoleh hasil bahwa pada transek 6 stasiun 1 ditemukan alga coklat. Pada transek 6 stasiun 5 ditemukan klomang. Begitu juga pada transek 4 stasiun 3 ditemukan klomang. Pada transek 8 stasiun 1, transek 7 stasiun 1, transek 2 stasiun 3, transek 5 stasiun 5 ditemukan kepitng. Dapat disimpulkan bahwa dizona pantai (intertidal) bioa banyak ditemukan merupakan jenis kepiting.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pada zona intertidal biota yang ditemukan didominasi oleh kepiting, kelomang dan algacokelat. Keanekaragaman hayati yang terdapat dizona intertidal meliputi keaekaragaman flora maupun fauna. Keanekaragaman fauna misalnya, zona ini memiliki kenekaragaman jenis hewan baik hewan inverebrata maupun hewan vertebrata. Salahsatu contoh hewan vertebrata yang terdapat dizona intertdal adalah keanekaragaman jenis - jenis ikan (spesies) (Anonymous, 2009).
4.2.3 Estuaria
a. Analisis prosedur
- pH
Pertama di siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu pH paaper dicelupkan ke dalam air selama kurang lebih dua menit. Selanjutkan pH paper diangkat dan dikibas – kibaskan sampai kering, lalu dilihat perubahan warnanya dan cocokan pada kotak pH paper. Dicari warna yang sama dengan pH peper untuk menentukan besar pH air tersebut dan dicatat hasilnya.
-suhu
Pertama di siapkan alat dan bahan. Diambil termometer dan dimasukan kedalam air selama kurang lebih 5 menit. Pegang ujung tali pada termometer agar tidak terkontaminasi dengan suhu tangan. Termometer dimasukan seluruhnya kedalam air sampai bagian ujunganya agar tidak terkontaminasi dengan suhu udara atau suhu diluar iar. Kemudian dilihat perubahan suhu yang terjadi atau angka pada termometer lalu dicatat hasilnya. Setelah itu, termometer di angkat dari air, di keringkan dan di mmasukan kembali ke tempatnya.
-Salinitas
Pertama, di siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, refraktometer di kalibrasi dengan aquades dan di bersihkan dengan tissue oada bagian optiknya agar tidak ada cairan yang tersisa, sebab dapat mempengaruhi hasil pengamatan. Setelah iar sampel di ambil dengan menggunakan pipet tetes, lalu diteteskan pada optik refrakometer, kemudian optik refrakometer di tutup dan refrakometr di arahkan ke arah cahaya agar skala dalam refrakometer bisa terlihat dengan jelas. Diamati skala pada bagian kanan, dan di catat hasilnya.
-DO
Pertama, di siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, botol DO dimasukan kedalam water sampler, lalu water sampler tersebut di tutup dengan cara pipa yang pendek di masukan kedalam botol untuk memasukan air kedalam botol. Selanjutnya yang panjang di gunakan untuk mendengarkan masuknya air kedalam botol DO. Kemudian water sampler di masukan ke dalam dasar perairan , dan didengarkan masuknya air dengan menggunakan pipa yang panjang, di dengarkan perubahan suaranya sampai terdengar bunyi “blup” untuk pertama kali, itu berarti air sudah memenuhi water sampler, lalu diangkat water sampler tersebut lalu dibuka tutupnya . tutup botol DO tersebut dalam ke adaan tergenang dengan air agar tidak terjadi gelembung air, lalu botol DO diangkat dan di dolak balik untuk memastikan bahwa tidak ada gelembung udara, lalu diberi tanda “dasar” dengan menggunakan label untuk membedakan
Antara dasar dan tengah dan permukaan perairan, lalu tutup botol DO di buka dan di tambahkan 2 ml (44 tetes) MnSo4 dan 2 ml (44 tetes). NaOH + k I. MnSo4 berfungsi untuk mengikat O2, sedangkan NaOH + kI berfunngsi untuk memebentuk endapan cokelat. Setelah itu botol DO di tutup lagidan di bolak balik selama kurang lebih 30 menit sampai terjadi endapan cokelat. Setelah terbentuk endapan, buang air yang bening di atas endapan, kemudian endapan yang tersisa dibesi 2 ml H2SO4 (44 tetes) pekat dan kocok sampai endapan larut. H2SO4 bersungsi untuk melarutkan endapan cokelat serta meng- oksidasi asam. Setelah itu di beri 3- 4 tetes amilum. Amilum berfungsi sebagai indikator warna ungu atau indikasi basa.
Selanjunya di titirasi dengan Na2S2O3 0,025 N sampai jernih (hingga tidak berwarna seperti pertama kali) dan dicatat volumenya, lakukan juga untuk perairan tengah dan permukaan. Selanjutnya di hitung dengan rumus :

DO (mg/l) = V titran × N titran x1000 ×8
V. botol DO – 4

Analisi Hasil

Dari hasil praktikum di zona estuari, di dapatkan hasil sebagai berikut. Pada permukaan jumlah DO- nya adalah : 10,16 mg/lt. Tengah jumlah DO – nya adalah 4,86 mg/lt. Dasar jumlah DO – nya 5,6 mg/lt. Sedangkan suhunya berturut- turut adalah 30˚ C , 30˚ C , 30˚ C . Besar PH –nya p-ada permukaan tengah dan dasar berturut- turut adalah 8,8,8. Besar salinitas pada dasar 30, tengah 30, permukaan 21.
Biodata yang hidup di ekosisitem estuaria umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemia, artinya yang hanya hidup di eustaria, denga mereka yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial. Ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. (Anonymous, 2009).


























5.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan selama praktikum biologi laut dapat disimpulkan bahwa :
Zona intertidal merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat disamudera dunia.Zona ini terdiri dari pantai berpasir, pantai berbatu, dan pantai berlumpur.
Zona eustaria adalah tempat bertemunya air tawar dan air laut.Tempat ini merupakan daerah peralihan antara kedua ekosistem akuatik dimuka bumi.
Zona mangrove adalah sebutan umum yang digunnakan untuk menggambarkan varietas komunitas pantai tropic yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak yang mempunyai kemampuan tumbuh dalam perairan asin.
Parameter kualitas air di Pantai Kondang Merak pada pengamatan yang dilakukan dizona eustaria diperoleh suhu permukaan 30°C, tengah 30°C, dan tengah sebesar 30°C, pH permukaan sebesar 8, tengah 8 dan dasar 8, dan memiliki salinitas permukaan 30 ppm, dasar, tengah 30 ppm, dan dasar sebesar 21 ppm, serta kadar DO dipermukaan sebesar 5,69 mg/l, tengah 4,86 mg/l, dan dasar sebesar 10,16 mg/l pada siang hari.
Pada zona mangrove biota yang didapat adalah kepiting 10 ekor dan kelomang 2 ekor, pada stasiun 1, pada stasiun 2 diperoleh ikan glodhok berjumlah 2 ekor, pada stasiun 3 didapat kepiting 1 ekor, sedangkan pada stasiun 4diperoleh biota berupa kepiting sebanyak 1 ekor.
Pada zona berbatu biota yang didapat adalah alga coklat pada stasiun 1, transek 6, kelomang pada stasiun 3, transek 4 sebanyak 2 buah dan pada transek 8 stasiun 1,transek 7 stasiun 1,transek 2 stasiun 3, transek 5 stasiun 5 adalah kepiting.
Sedangkan pada zona pantai lebih didominasi kepiting, selain itu juga ditemukan biota lain, seperti kelomang dan alga coklat, tetepi dalam jumlah kecil.
Dari semua zona , jenis – jenis biota yang paling mendominasi adalah kepiting , hal ini dipengaruhim oleh biota jenis ini dapat beradaftasi pada kondisi apapun.
Berdasarkan dari data kualitas air, dapat diketahui bahwa perairan dizona eustaria termasuk perairan yang subur.


5.2 SARAN

Saran yang dapat kami sampaikan dalam pratikum ini adalah pada saat pratikum menejemen waktu lebih diperhatikan dan buat para asisten agar pada waktu acc laporan yang sudah benar diberi tanda dan buat praktikan pada waktu acc mohon tidak telat (ontime)












DAFTAR PUSTAKA



Anonymous . 2009. Ekosistem Perairan Mangrove. http://www.shantybio. Transdigit.com. Diakses pada tanggal 20 april 2009 pukul 13.00 WIB
.
Anonymous. 2009. Mengenal ekosistem Mangrove. Htpp://www.google.co.id/ekosistem mangrove.Diakses pad tanggal 20 april 2009 pukul 13.00 WIB.

Anonymous. 2009. Pasang surut (tide). http://www.dyciil 26.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 20 april 2009 pukul 13.00 WIB.

Anonymous. 2009. Klasifikasi portunus tribubelculatus. http://ww.en.wikipedia.org/wiki/potrunus.Diakses pada tanggal 20 april 2009 pukul 13.00 WIB

Anonymous. 2009. Zona estuary. http://ranggon-bekasi-blog-friendster.com.
Diakses pada tanggal 20 april 2009 pukul 13.00 WIB.

Anonymous, 2009. Zona intertidal. http://www.wikipedia.ogr/zona intertidal.
Diakses pada tanggal 20 april 2009 pukul 13.00 WIB.

Hutabarat,S. 1985. Pengantar Oceanografi. Jakarta. UI. Press

Prajitno,A . 2007. Diktat kuliah biologi laut. Malang-Unibraw.

Romimohtarto. 2005. Biologi Laut (Ilmu Pengetahuan Tentang biota laut). Jakarta. Ikar Mandiri Abadi.

laporan mikrobiologi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Mikroorganisme sangatlah kecil untuk dilihat dengan mata telanjang sehingga perlu dilihat dengan menggunakan mikroskop. Karena mikroorganisme dan bagian-bagian komponennya sangat kecil (Tortora, et al, 2003).
Dunia mikroorganisme terdiri atas berbagai kelompok jasad renik (makhluk halus). Kebanyakan bersel satu atau uniseluler. Ciri utama yang membedakan kelompok mikroorganisme tertentu dari mikroba yang lain adalah organisasi bahan selulernya. Dunia mikroba terdiri dari monera (Virus dan simnobakteri), protista, fungsi (Khamir dan kopang), algae (mikroskopis), dan protozoa. Perbedaan ini penting untuk memisahkan semua protista menjadi kategori utama, yakni prokariota dan sukariota (waluyo, 2007).

1.2Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini yaitu, agar para praktikan dapat mengetahui macam-macam mikroorganisme dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk meneliti jumlah nisbi mikroorganisme yang penyebarannya di lingkungan perairan.

1.3Waktu dan Tempat
Praktikum dengan materi mikroorganisme perairan dilaksanakan pada hari senin, tanggal 17 November 2008, pukul 15.00-17.00 di laboratorium Ilmu-ilmu Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Mikroorganisme
Mikroorganisme adalah sebuah organisme kehidupan yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Ukuran yang digunakan untuk mikroorganisme adalah mikrometer (µm) ; 1µm = 0,001 milimeter, 1 nanometer = 0,001 µm. Mikroorganisme dapat ditemukan dimana-mana dan sangat berperan dalam semua kehidupan di muka bumi. Kaitannya dengan makanan, mereka dapat menyebabkan atau mencegah pembusukan atau bahkan menyebabkan kita sakit. Mikroorganisme dapat dibagi menjadi beberapa kelas, diantaranya bakteri, fungsi, dan virus (Anonymous, 2000).
Dunia mikroorganisme terdiri dari berbagai kelompok jasad renik (makhluk halus). Kebanyakan bersel satu atau uniseluler. Ciri utama yang membedakan kelompok mikroorganisme tertentu dari mikroba lain adalah organisasi bahan selulernya (Waluyo, 2007).

2.2 Macam-macam Mikroorganisme
Bakteri
Bakteri banyak terdapat pada unit pengolahan biologi dengan biofilter dan pada lumpur aktif, bakteri berfungsi untuk mendegradasi zat organik.
Jamur
Jamur lebih banyak terdapat pada biofilter daripada lumpur aktif. Jamur muncul pada kondisi PH rendah.
Alga
Alga biasanya terdapat pada permukaan biofilter dengan syarat terdapat makanan yang cukup.
Protozoa
Protozoa lebih banyak terdapat di biofilter (Anonymous, 2008).
Dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme ; bakteri, protozoa, virus, serta algae dan cendawan mikroskopis (Pelezar dan Chan, 1988).
Dunia mikroba terdiri dari monera, (Virus dan sianobakteri), protista, fungsi, (khamir dan kapang), Alga (mikroskopis), dan protozoa (Waluyo, 2007).

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme
Nutrien
Jasad renik heterotrof membutuhkan nutrien untuk kehidupan dan pertumbuhannya yaitu sebagai : 1) sumber karbon, 2) sumber nitrogen, 3) sumber energi, 4) dan faktor pertumbuhan, yakni mineral dan vitamin.
Nutrien tersebut dibutuhkan untuk membentuk energi dan menyusun komponen-komponen sel. Setiap jasad renik bervariasi dalam kebutuhannya akan zat-zat nutrisi tersebut.
Tersedianya Air
Sel jasad renik memerlukan air untuk hidup dan berkembang biak. Pertumbuhan jasad renik di dalam suatu bahan sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang tersedia. Selain merupakan bagian terbesar komponen sel (70-80%), air juga dibutuhkan sebagai reaktan dalam berbagai reaksi biokimia. Tidak semua air yang tersedia dapat digunakan oleh jasad renik.
Tinggi sample yang teretak diantara kaca benda dan kaca penutup adalah 402 mm, jumlah sel dalam kotak besar dapat dihitung, kemudian dihitung jumlah sel rata-rata dalam kotak besar.
Jumlah sel per ml sampel = jumlah sel perkotak besar x 1,25 x P6.
Metode Breed
Dalam metode breed, luas areal pandang mikroskopis yang akan digunakan harus dihitung terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengukur diameter areal pandang menggunakan mikrometer yang dapat dilihat melalui lensa minyak emersi. Mikrometer yang digunakan adalah mikrometer gelas. Objek yang mempunyai skala kecil 0,01 mm. Areal pandang mikroskop biasanya mempunyai ukuran 14-16 skala atau 0,14-1,16 mm. Tetapi beberapa mikroskop mempunyai ukuran diameter areal pandang lebih dari 0,1 mm. luas areal pandang mikroskop dapat dihitung dengan rumus :
luas areal pandang mikroskop = Pr2 mm2 = cm2
r = jari-jari (mm) areal pandang
Metode Hitungan Cawan
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah bila sel mikrobe yang masih hidup ditumbuhkan pada medium, maka mikrobe tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan kemudian dihitung tanpa menggunakan mikroskop.
Metode MPN (Most probable Number).
Perhitungan MPN berdasarkan pada jumlah tabung reaksi yang positif. Yakni yang ditumbuhi oleh mikrobe setelah inkubasi pada suhu tertentu (Waluyo, 2007).
Nilai PH
Nilai PH medium sangat berpengaruh pada jenis mikrobe yang tumbuh. Jasad renik pada umumnya dapat tumbuh pada kisaran PH = 3-6 unit. Kebanyakan bakteri mempunyai PH, optimum yakni PH dimana pertumbuhannya optimum, sekitar PH 6,5-7,5. pada PH di bawah 5,0 dan di atas 8,5, bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik. Kecuali bakteri asam asetat (Acetobacter Cuboxydans) dan bakteri yang mengoksidasi sulfur.
Suhu
Masing-masing jasad renik mempunyai suhu optimum, minimum, dan maksimum untuk pertumbuhannya. Hal ini disebabkan di bawah suhu minimum dan di atas suhu maksimum, aktivitas enzim akan terhenti, bahkan pada suhu yang terlalu tinggi akan terjadi denaturasi enzim (Waluyo, 2007).

2.4 Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi yaitu, 1 proses penahan total semua mikroba dan organ lain yang dapat hidup dalam lingkungan atau meterial dengan cara-cara atau kimiawi, 2 perlakuan untuk mencadangkan kesanggupan berkembang biak pada ke semua manusia dengan hilangan menghilangkan alat kelamin atau menghindari fungsinya (Rifa’I, 2004).
Yang dimaksud dengan sterilisasi dalam mikroniologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda (Hadioetomo, 1985).
Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan (Pelezar dan Chan, 1988).


2.5 Pengertian PCA + Media
Media adalah bahan untuk kultur bakteri, sel atau Jaringan (Yatim, 2007). Media adalah zat kimia yang digunakan untuk memamerkan atau mengawetkan spesimen ; zat hara yang mengandung protein, karbohidrat, garam, air dan lain-lain, baik berupa cairan maupun yang dipadatkan dengan penmbahan gelatin atau agar-agar untuk menumbuhkan bakteri, sel, kalus atau jaringan tumbuhan (Rifa’I, 2004).
PCA (Plant Count Agar) terdiri dari Formula : casein-pepton glukosa yeast extract agar, PCA harus disimpan pada suhu 150C – (+)250 C dan penyimpanannya di tempat kering dan tertutup rapat. PH akhir PCA = 7,0 , 0,2 pada 250 C (Anonymous, 2008).

2.6 Cara Perhitungan Bakteri
Cara hitungan mikroskopik
- Metode Petroff – hausser
Dalam metode ini, hitungan mikroskopik dilakukan dengan pertolongan kotak-kotak skala, dimana di dalam setiap ukuran skala seluas 1 mm2 terdapat 25 buah kotak besar dengan luas 0,04 mm2 dan setiap kotak besar terdri dari 16 kotak-kotak kecil (Waluyo, 2007).
Cara menghitung bakteri untuk membuat grafik pertumbuhan itu menggunakan metode penuangan yaitu inokukan disebarkan pada agar-agar lempengan selama 8 jam kemudian daripada penuangan kolomi-koloni yang tumbuh pada medium telah dapat dihitung. Cara lain untuk menghitung jumlah bakteri dalam piaraan seperti tersebut di atas ialah penghitungan dengan mikroskop (Dwiojo Seputro, 2005).




BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah :
Waterbath : inkubasi media cair dengan suhu yang bisa ditentukan .
Incase : menginkubasi media pada suhu ruang 35-370 C.
Erlen meyer : sebagai tempat pembuatan PCA.
Cawan Petri : sebagai media biakan.
Autoklaf : untuk mensterilisasikan media dengan suhu 1210C atau tekanan 0,1 Mph (sterilisasi basah).
Colony counter : untuk menghitung bakteri.
Kompor : untuk memanaskan suhu pada cawan Petri.
Bunsen : untuk pengkondisian aseptis.

3.2 Bahan dan Fungsi
Bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah :
Kertas label : untuk menandai cawan Petri dan tabung reaksi.
PCA : sebagai media pembiakan organisme.
Kertas Koran : untuk membungkus cawan Petri yang terdapat di dalamnya.
Tali : untuk mengikat benda.
Spirtus : digunakan sebagai bahan bakar Bunsen.

3.3 Skema Kerja
1) Sterilisasi

































2) Pembuatan Media


























3) Penanaman

4) Perhitungan Koloni












5) Pendinginan Media

4.2 Analisa Prosedur
Praktikum dengan materi mikroorganisme perairan, memerlukan bahan dan alat sebagai berikut : cawan Petri (2), kertas label, kolony counter, autoklaf, oven, kompor, medium agar steril, kertas permanen, benang dan spirtus. Langkah pertama, dilakukan sterilisasi terlebih dahulu ini bertujuan untuk mematikan jasad renik atau mikroorganisme dalam suatu media. Siapkan 2 cawan Petri lalu dibungkus Koran, ditali, dan dimasukkan ke dalam autoklaf, dinaikkan suhunya, hingga 2000F, lalu disterilisasi selama 15 menit dicatat hasilnya.
Langkah kedua, pembuatan medi, siapkan PCA, ditimbang 17,5 gram dan aquadest diukur 480 ml. Kedua bahan tersebut dimasukkan ke erlen meyer lalu diaduk hingga larut dengan spatula. Setelah itu, ditutup dengan kapas pada mulut erlen meyer, dibungkus Koran dan ditali dan dihomogenkan (dengan cara dipanaskan dalam waterbath hingga bening) lalu, disterilisasi basah dan catat hasilnya.
Langkah ketiga, PCA hangat dituangkan ke dalam cawan Petri ± 20ml dan didinginkan, kemudian dibalik, dibungkus plastik dan diikat lalu disimpan dalam kulkas dan catat hasilnya.
Langkah keempat, penanaman. Siapkan media PCA beku (2) lalu, cawan 1 dibuka 10 menit. Yang satunya ditiup, kemudian keduanya ditutup, dibalik dan dibungkus dengan plastik. Jangan lupa, tempelkan kertas label yang bertuliskan nama kelompok dan jam saat percobaan berlangsung, lalu diinkubasi dan dicatat hasilnya.
Langkah kelima, perhitungan koloni. Siapkan cawan yang berisi medium, dikeluarkan dari incase dan dihitung koloni yang tumbuh dengan koloni counter lalu dicatat hasilnya.
Tujuan pemanasan : untuk menumbuhkan mikroba atau bakteri.
Tujuan perlakuan ditiup dan dibuka : agar bakteri dapat masuk. Hal ini dilakukan untuk membedakan bakteri yang tumbuh dari masing-masing perlakuan.
PCA : metode yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroba atau bakteri.


4.3 Analisa Hasil
Dalam percobaan mikroorganisme ini ada 2 perlakuan yang dilakukan pada cawan Petri, pertama cawan Petri diberi perlakuan yaitu ditiup dengan mulut dan dibiarkan, setelah itu, diinkubasi di dalam incase selama 2 hari, didapat hasilnya bahwa cawan Petri tersebut didapatkan koloni yang terlalu banyak untuk dihitung atau TBUD.
Pada cawan Petri kedua diberi perlakuan selama 5 menit dan setelah itu diinkubasi selama 2 hari didapatkan hasil bahwa jumlah koloninya TBUD.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa di lingkungan sekitar banyak sekali terjadi bakteri yang ada. Tidak menutup kewajiban di dalam tubuh kita sendiri seperti di dalam mulut.





BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil (biasanya kurang dari 1 mm) sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
Macam-macam mikroorganisme terdiri dari bakteri, protozoa, virus, alga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain suhu, PH, Oksigen, Tekanan osmotik, Zat hara.
Sterilisasi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada suatu benda.
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara yang berguna untuk membiakkan mikroba.
Pengukuran jumlah sel adalah pengukuran dalam jumlah sel per unit volume biakan yang dapat dilakukan dengan cara langsung maupun tidak langsung.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah :
- Waterbath - Autoklaf
- Incase - Colony Counter
- Erlen meyer - Kompor
- Cawan petri - Bunsen
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah :
- Kertas label - Tali
- PCA - Spirtus
- Kertas koran
Data Hasil Pengamatan :
Kelompok
Dibuka
Dibuka dan ditutup
11
246
74
12
146
118
13
118
146
14
74
246

5.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, yang dapat saya sampaikan adalah untuk para asisten diharapkan menjelaskan materi dengan jelas dan teliti pada praktikum selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2008. http// manglayang blogsome : comel / 2006 /05 /
diakses pada tanggal 19 November 2008 pukul 13.00 WIB.
Rifai M, 2004. Kamus Bio. Balai Pustaka : Jakarta
Tortora. G.J, 2003. Microbiology an Introduction. An imprint of Addison Wesley Logman. Inc : San Fransisco Boston New York
Waluyo. L, 2007. Mikrobiologi Umum. Edisi Revisi. Balai Pustaka : Jakarta
Pelezar dan Chan, 1998. Dasar – dasar Mikrobiologi. Company Book Mc.Graw Hill
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan






Dibuka Ditutup

Kelompok
Perlakuan

A. Dibuka
B. Dibuka Dan Ditutup
11
246
74
12
146
118
13
118
146
14
74
246

Kel 11 = x = 160 x 102
Kel 12 = x = 132 x 102
Kel 13 = x = 132 x 102

Kel 14 = x = 160 x 102

=
=
= 146 x 102
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR

Disusun sebagai syarat untuk mengikuti ujian
akhir praktikum

Oleh:
KELOMPOK: 13
Guntur wijaya 0810850045
M.Trianto 0810850049
Normansyah 0810850051
Nur Aini 0810850053
Priyandaru Agung 0810850055
Putri Novia Sari 0810850057
Rio Karunia Bakti 0810850059
Zainiyah Soffah 0810850061





LABORATORIUM ILMU - ILMU PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2008
KATA PENGANTAR




Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya,sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum biologi dasar. Dalam laporan ini terdapat enam laporan yaitu, pengenalan mikoskop, sel hewan dan tumbuhan, mikroorganisme perairan, produsen dan konsumen perairan, jaringan, sistematika, anatomi, fisiologi dan morfologi ikan nila dan tikus.
Laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi dasar serta dimaksudkan untuk dijadikan bahan pembelajaran oleh mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.
Akhirnya segala sesuatu ada kekurangannya,termasuk laporan ini,karena itu sangat diharapkan saran dan kritik dari dosen maupun asisten yang bersangkutan.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan biologi dasar ini.




Malang, 14 desember 2008


Kelompok 13









KESAN DAN PESAN


PESAN
Buat asisten biologi dasar, agar dalam praktikum yang akan datang lebih baik lagi dalam persiapan alat dan bahan praktikum, selain itu dalam menjelaskan materi praktikum agar lebih jelas lagi. Dalam pembacaan soal test jangan terlalu cepat.
KESAN
Para asisten biologi memiliki kesabaran yang tinggi, loyalitas yang baik, dan dedikasi yang patut kami tiru









Malang, 14 desember 2008


Kelompok 13









LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Disetujui di Malang, 03 Desember 2008
Oleh :




























LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR

MOKROSKOP



Disusun oleh:
KELOMPOK 13











FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2008

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR

SEL TUMBUHAN DAN SEL HEWAN



Disusun oleh:
KELOMPOK 13











FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2008

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Ilmu biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup, khususnya sel pada tumbuhan dan sel pada hewan. Pada suatu sel ini beberapa ahli biologi mengatakan adanya kehidupan didalam suatu partikel yang lebih kecil.
Mengingat pentingnya kita dalam mengetahui tentang sel hewan maupun sel tumbuhan, maka perlu kita lakukan praktikum tentang sel tumbuhan. Praktikum mengenai sel ini perlu dilakukan agar kita dapat memahami mengenai seluk beluk dari sel, baik itu sel hewan, tumbuhan maupun manusia.
Dalam praktikum mengenai sel ini diharapkan praktikum dapat lebih mengerti dan memahami perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan dan dapat mengimplikasikan pengetahuan mengenai sel dengan masalah-masalah dibidang kehidupan lain.

1.2Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum mengenai sel ini adalah agar praktikan dapat mengetahui ciri-ciri, macam-macam bentuk, serta perbedaan antara sel hewan maupun sel tumbuhan.
Tujuan dari praktikum mengenai sel ini adalah agar dapat melatih praktikan dalam menggunakan mikroskop. Selain itu tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar praktikan terbiasa dalam melaksanakan praktikum-praktikum selanjutnya.

1.3Waktu dan Tempat

Praktikum mengenai sel ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 20 Oktober 2008 pada pukul 14.30 WIB yang bertempat di laboratorium IIP (Ilmu-Ilmu Perairan) di gedung C Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Sel

Sel adalah struktur yang terdiri dari ruang kecil-kecil. Pengertian sel tersebut dinyatakan oleh ilmuan Inggris bernama Robert Hooke tahun 1965 dengan mengamati sayatan tipis gabus dari batang tumbuhan dibawah mikroskop sederhana (Hidayat, 1995). Kemudian dua ahli biologi dari Jerman, Mathas J. Schleiden dan Theador Schwan pada tahun 1838 membuktikan bahwa sel hidup bukanlah kamar kosong melainkan berisi cairan sitoplasma yang mendukung segala aktifitas dasar makhluk hidup. Dari kedua ahli tersebut munculah teori yang menyatakan bahwa semua makhluk hidup tersusun dari sel, sel berasal dari sel sebelumnya.
Sel merupakan unit struktural dan fungsional. Organisme terdiri atas kumpulan sejumlah besar sel yang masing-masing berperan dalam menentukan sifat organisme. Sel hidup selalu senantiasa mengandung protoplasma karena protoplasma didefinisikan sebagai isi sel hidup dan tidak mencakup dinding sel protoplasma sebuah sel disebut protoplas dengan demikian, sel dapat dibagi menjadi protoplas yakni seluruh bagian dalam sel dan dinding sel yang melindunginya (Wikipedia,2008).

2.2Bentuk – Bentuk Sel
Menurut Odum (2002), bentuk-bentuk sel terbagi menjadi 4 macam, yaitu :
1.Bentuk sel tetap ialah sel yang bentuk membran selnya tetap.
Contoh : spermatozoa
2.Bentuk sel panjang ialah sel yang memanjang strukturnya.
Contoh : sel saraf
3.Bentuk sel bikonkaf ialah yang sel yang bentuknya bulat dan cekung dibagian tengahnya.
Contoh : eritrosit
4.Bentuk sel berubah-ubah ialah sel yang bentuknya berubah-ubah karena tidak punya plastida.
Contoh : amoeba
Sel Prokariotik
Sel prokariotik adalah sel tanpa membran inti berukuran 1-10 mm. sebagian besar sel prokariotik mempunyai dinding sel. Aktifitas sel terjadi pada membran plasma dan didalam sitoplasma.
Sel Eukariotik
Sel eukariotik adalah sel yang memiliki membran inti sehingga terjadi pemisahan antara inti sel dengan sitoplasma kesatuan inti sel dan sitoplasma disebut protoplasma, sel eukariotik berukuran 10-100 cm. Sel eukariotik mempunyai sejumlah organel sel yang masing-masing memiliki fungsi spesifik dan beradaptasi untuk hidup saling bekerjasama dalam organisasi yang sangat rapi.

2.3Bagian – Bagian Sel dan Beserta Fungsinya

Membran sel/ membran plasma, fungsiya sebagai pembatas dan pelindung isi sel serta sebagai pengatur lalu lintas zat yang keluar masuk sel.
Sitoplasma, fungsinya sebagai cairan yang mengisi sel.
Inti sel inukleus, fungsinya sebagai pusat pengaturan sel.
Retikulum endoplasma, fungsinya sebagai menyusun dan mengatur zat-zat ke dalam sel.
Ribosom, fungsinya sebagai tempat eksresi.
Mitokondria, fungsinya sebagai tempat terdapatnya pigmen (klorofil).
Lisosom, fungsinya sebagai mencerna makanan.
Vakuola, fungsinya sebagai mencerna makanan dan tempat mengeluarkan zat sisa yang berupa cairan (wikipedia.org).

2.4Perbedaan antara sel dan tumbuhan (disertai gambar literatur)

BAB III
METODOLOGI

3.1Alat dan Fungsi

Mikroskop binokuler/ monokuler berfungsi untuk alat pengamat objek yang bekerja untuk memperbesar penampakan objek.
Objek glass berfungsi untuk tempat objek saat pengamatan.
Tissue berfungsi untuk membersihkan objek glass/ cover glass.
Silet berfungsi untuk menyayat objek/ bahan yang akan diamati.
Lap flannel berfungsi untuk membersihkan lensa mikroskop.
Jarum pentul berfungsi untuk alat pengambil objek yang diamati.
Cover glass berfungsi untuk penutup objek glass.
Batang korek berfungsi untuk alat pengambilan bahan yang diamati.

3.2Bahan dan Fungsi

Tepung ketan sebagai bahan yang akan diamati.
Kulit umbi bawang sebagai bahan yang akan diamati.
Spora paku-pakuan sebagai bahan yang akan diamati.
Paramesium dan murcor sebagai bahan pengamatan.
Aquades sebagai mempermudah penglihatan.
Larutan y-ky sebagai pemertegas penampakan.
Daun hydrilla sebagai bahan yang akan diamati.
Jamur ikan sebagai bahan yang akan diamati.
Irisan gabus sebagai bahan yang akan diamati.
Ephitelium squamesium pipi sebagai bahan pengamatan.







3.3Skema Kerja (diagram alir perlakuan)





Di iris tipis
Diletakkan diatas objek glass
Ditetesi 1-2 aquades
Ditutup dengan cover glass
Diamati dibawah mikroskop











Di iris tipis
Diletakkan di objek glass
Ditetesi larutan y-ky 1-2 tetes aquades
Ditutup dengan cover glass perlahan-lahan dengan kemiringan ± 25o kemiringan
Diatur fokus dan ukuran pembatasan
Diamati dibawah mikroskop
Dicatat hasil pengamatan



BAB IV
PEMBAHASAN

Data Pengamatan
Dari pengamatan praktikum ini dapat diperoleh data sebagai berikut :
Data hasil pengamatan
a.Irisan Bawang Merah










b.Irisan Kentang














Analisa Prosedur

Hal yang dilakukan pertama dalam praktikum ini, praktikan harus tahu dan mengerti dulu apa itu mikroskop. Fungsi dari mikroskop dan cara-cara penggunaannya selain itu, praktikan juga harus tahu dan mengerti alat dan bahan yang dipergunakan apa saja dalam praktikum kali ini. Tak lupa persiapan dan kesiapan praktikan dalam kelengkapan. Praktikan juga tak kalah penting, sehingga dalam praktikum dapat berjalan dengan baik.
Selanjutnya dalam hal ini praktikan menyiapkan alat dan bahan praktikum berupa mikroskop, pinset, pipet tetes, gelas piala, gunting, beserta preparatnya. Mikroskop diangkat dan dipegang dengan cara salah satu tangan kita memegang tangkai mikroskop yang memanjang ke atas. Mikroskop diangkat dan tangan sebelahnya diletakkan dibawah (alas). Mikroskop yang digunakan sebagai penyangga agar mikroskop tidak mudah jatuh dan rusak (lebih aman dan nyaman). Kemudian mikroskop diletakkan dekat dengan aliran listrik, stop kontak ditancapkan ke aliran listrik, kemudian tekan tombol ON dibagian samping mikroskop, atur kontras cahaya diafragma, sementara itu siapkan preparat dengan cara mengambil salah satu contoh preparat (dapat berupa cairan/ padatan) dalam hal ini berupa padatan. Setelah mengambil sampel atau materi dengan menggunakan pinset dan diiris dengan silet, letakkan sampel/ bahan yang diamati diatas objek glass, tetesi dengan sedikit larutan aquades diatas bahan tersebut, tutup bahan dengan cover glass.
Kemudian preparat yang sudah siap diletakkan pada mikroskop dengan menjepitkan objek glass ke penjepit mikroskop, atur kontras cahaya diafragma, atur pula pengamatan dengan menggunakan pemutar halus (putih) dan kasar (hitam) yang terletak dibagian samping kiri dan kanan (ditangkai mikroskop) untuk digunakan pengamatan yang bergerak ke atas dan ke bawah. Sebelum itu mikroskop diatur dulu lensa objektifnya sesuai dengan keinginan kita, setelah diamati gambar dan catat apa saja yang ada ditampilan mikroskop berupa gambar.
Setelah data yang ada dapat diperoleh, langkah selanjutnya mengangkat objek glass dengan cara melepaskannya terlebih dahulu penjepit mikroskop, sampel yang sudah dipakai dibersihkan kembali dengan menggunakan lap flannell mikroskop kemudian dimatikan (OFF) pada bagian samping mikroskop sebelah bawah, stop kontak di cabut. Dalam melaksanakan praktikum ini dapat diperoleh data bahwa bahan itu mengandung pati, jika suatu bahan ditetesi dengan larutan y-ky berwarna biru, dipastikan dapat dikatakan bahwa bahan tersebut mengandung pati.

Analisa Hasil

Dalam hal ini dapat diketahui bahwa hasilnya adalah sebagai berikut :
Pada irisan bawang merah pemotongan bawang merah ini dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan silet secara tipis dan perlahan-lahan. Pemotongan dilakukan secara melintang agar penampang terlihat jelas, tipis, didapatkan bahwa bawang merah merupakan umbi lapis dimana terlihat jelas tampak garis-garis penampangnya.
Pada irisan kertas koran (diambil kertas huruf a) dalam hasilnya harusnya terbalik kontras cahaya belum cukup memadai (kurang) sehingga hasil kurang maksimal. Namun perbesaran lensa objektif pada mikroskop sebesar 10x menyebabkan hasil tampak lebih jelas.
Pada irisan ubi dilakukan pemotongan juga dengan melintang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Khususnya dalam irisan ubi. Jika ingin mengetahui bahwa ubi tersebut mengandung pati. Maka tetesi dengan menggunakan larutan y-ky sehingga tampak berwarna biru.
Perbedaan Sel Tumbuhan dan Hewan (Membandingkan Hasil Pengamatan dengan Literatur)
5.Perbedaan Antara Sel Hewan dan Sel Tumbuhan
Sel tumbuhan
Sel hewan
Sel tumbuhan lebih besar dari pada sel hewan
Sel hewan lebih kecil dari pada sel tumbuhan
Mempunyai bentuk yang tetap
Mempunyai bentuk yang tetap
Mempunyai dinding sel
Tidak mempunyai dinding sel
Mempunyai klorofil
Tidak mempunyai klorofil
Mempunyai vakuola atau rongga yang besar
Tidak mempunyai vakuola
Menyimpan tenaga dalam bentuk biji (granul) kanji
Menyimpan makanan dalam bentuk biji (granul) glikogen
Tidak mempunyai sentrosom
Mempunyai sentrosom

BAB V
PENUTUP

5.1Kesimpulan
Dari hasil praktikum mengenai sel, dapat ditarik kesimpulan bahwa antara sel hewan dan tumbuhan ada perbedaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari :
Bentuk serta komponen-komponen yang ada didalamnya.
Berbentuk tala
Berbentuk bintang
Berbentuk pita
Berbentuk kloroplas
Praktikan dapat menggunakan alat berupa mikroskop dengan cara yang baik dan benar
Praktikan dapat mengetahui bagian-bagian dan fungsi tiap-tiap sel
Praktikan dapat mengetahui perbedaan antara sel pada hewan dan pada tumbuhan
Praktikan dapat melaksanakan pengamatan sel dengan menggunakan bahan mikroskop
Praktikan dapat mengetahui gambar, bentuk, dan pengertian-pengertian yang ada dan terdapat pada sel hewan dan tumbuhan

5.2Saran

Dari praktikan mengenai sel yang telah dilaksanakan, disarankan agar praktikan bisa melakukan praktikum sesuai dengan skema kerja. Selain itu praktikan juga disarankan agar setelah praktikum mengenai sel ini, praktikan dapat mengerti betul mengenai pengertian, macam serta fungsi dari masing-masing komponen. Dari praktikum ini diharapkan para praktikan dapat mengimplikasikan segala sesuatu yang didapat dari hasil praktikum.
Praktikan dapat menggunakan alat berupa mikroskop dengan cara yang baik dan benar.
Praktikan dapat mengetahui bagian-bagian dan fungsi tiap-tiap sel.
Praktikan dapat mengetahui perbendaan antara sel pada hewan dan pada tumbuhan.
Praktikan dapat melaksanakan pengamatan sel dengan menggunakan bahan mikroskop.
Praktikan dapat mengetahui gambar, bentuk dan pengertian-pengertian yang ada dan terdapat pada sel hewan dan tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Douglas M.2008.Principcesof Modern Biology Hold Binhart and Wins
Com. New York.

Fahn A.1982.Anatomi Edisi Ketiga. Gajah Mada.University.Press.
Bandung.
Ir. A.G. Sapoetra.Anatomi Tumbuh-Tumbuhan.Rineka Cipta.Jakarta.

Wikipedia, 2008. Sel. http://wikipedia.org/wikisel/.Diakses pada
tanggal 28 Oktober 2008 pada pukul 20.00 WIB.

Wikipedia, 2008. BIOLOGI DASAR.http://biodas.wordpress.com/
rancangan pembelajaran/bahan-ajar/sejarah/




















LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR

MIKROORGANISME PERAIRAN



Disusun oleh:
KELOMPOK 13








FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2008
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Mikroorganisme sangatlah kecil untuk dilihat dengan mata telanjang sehingga perlu dilihat dengan menggunakan mikroskop. Karena mikroorganisme dan bagian-bagian komponennya sangat kecil (Tortora, et al, 2003).
Dunia mikroorganisme terdiri atas berbagai kelompok jasad renik (makhluk halus). Kebanyakan bersel satu atau uniseluler. Ciri utama yang membedakan kelompok mikroorganisme tertentu dari mikroba yang lain adalah organisasi bahan selulernya. Dunia mikroba terdiri dari monera (Virus dan simnobakteri), protista, fungsi (Khamir dan kopang), algae (mikroskopis), dan protozoa. Perbedaan ini penting untuk memisahkan semua protista menjadi kategori utama, yakni prokariota dan sukariota (waluyo, 2007).

1.2Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini yaitu, agar para praktikan dapat mengetahui macam-macam mikroorganisme dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
Tujuan dari praktikum ini, yaitu untuk meneliti jumlah nisbi mikroorganisme yang penyebarannya di lingkungan perairan.

1.3Waktu dan Tempat
Praktikum dengan materi mikroorganisme perairan dilaksanakan pada hari senin, tanggal 17 November 2008, pukul 15.00-17.00 di laboratorium Ilmu-ilmu Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Mikroorganisme
Mikroorganisme adalah sebuah organisme kehidupan yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Ukuran yang digunakan untuk mikroorganisme adalah mikrometer (µm) ; 1µm = 0,001 milimeter, 1 nanometer = 0,001 µm. Mikroorganisme dapat ditemukan dimana-mana dan sangat berperan dalam semua kehidupan di muka bumi. Kaitannya dengan makanan, mereka dapat menyebabkan atau mencegah pembusukan atau bahkan menyebabkan kita sakit. Mikroorganisme dapat dibagi menjadi beberapa kelas, diantaranya bakteri, fungsi, dan virus (Anonymous, 2000).
Dunia mikroorganisme terdiri dari berbagai kelompok jasad renik (makhluk halus). Kebanyakan bersel satu atau uniseluler. Ciri utama yang membedakan kelompok mikroorganisme tertentu dari mikroba lain adalah organisasi bahan selulernya (Waluyo, 2007).

2.2 Macam-macam Mikroorganisme
Bakteri
Bakteri banyak terdapat pada unit pengolahan biologi dengan biofilter dan pada lumpur aktif, bakteri berfungsi untuk mendegradasi zat organik.
Jamur
Jamur lebih banyak terdapat pada biofilter daripada lumpur aktif. Jamur muncul pada kondisi PH rendah.
Alga
Alga biasanya terdapat pada permukaan biofilter dengan syarat terdapat makanan yang cukup.
Protozoa
Protozoa lebih banyak terdapat di biofilter (Anonymous, 2008).
Dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme ; bakteri, protozoa, virus, serta algae dan cendawan mikroskopis (Pelezar dan Chan, 1988).
Dunia mikroba terdiri dari monera, (Virus dan sianobakteri), protista, fungsi, (khamir dan kapang), Alga (mikroskopis), dan protozoa (Waluyo, 2007).

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme
Nutrien
Jasad renik heterotrof membutuhkan nutrien untuk kehidupan dan pertumbuhannya yaitu sebagai : 1) sumber karbon, 2) sumber nitrogen, 3) sumber energi, 4) dan faktor pertumbuhan, yakni mineral dan vitamin.
Nutrien tersebut dibutuhkan untuk membentuk energi dan menyusun komponen-komponen sel. Setiap jasad renik bervariasi dalam kebutuhannya akan zat-zat nutrisi tersebut.
Tersedianya Air
Sel jasad renik memerlukan air untuk hidup dan berkembang biak. Pertumbuhan jasad renik di dalam suatu bahan sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang tersedia. Selain merupakan bagian terbesar komponen sel (70-80%), air juga dibutuhkan sebagai reaktan dalam berbagai reaksi biokimia. Tidak semua air yang tersedia dapat digunakan oleh jasad renik.
Tinggi sample yang teretak diantara kaca benda dan kaca penutup adalah 402 mm, jumlah sel dalam kotak besar dapat dihitung, kemudian dihitung jumlah sel rata-rata dalam kotak besar.
Jumlah sel per ml sampel = jumlah sel perkotak besar x 1,25 x P6.
Metode Breed
Dalam metode breed, luas areal pandang mikroskopis yang akan digunakan harus dihitung terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengukur diameter areal pandang menggunakan mikrometer yang dapat dilihat melalui lensa minyak emersi. Mikrometer yang digunakan adalah mikrometer gelas. Objek yang mempunyai skala kecil 0,01 mm. Areal pandang mikroskop biasanya mempunyai ukuran 14-16 skala atau 0,14-1,16 mm. Tetapi beberapa mikroskop mempunyai ukuran diameter areal pandang lebih dari 0,1 mm. luas areal pandang mikroskop dapat dihitung dengan rumus :
luas areal pandang mikroskop = Pr2 mm2 = cm2
r = jari-jari (mm) areal pandang
Metode Hitungan Cawan
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah bila sel mikrobe yang masih hidup ditumbuhkan pada medium, maka mikrobe tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan kemudian dihitung tanpa menggunakan mikroskop.
Metode MPN (Most probable Number).
Perhitungan MPN berdasarkan pada jumlah tabung reaksi yang positif. Yakni yang ditumbuhi oleh mikrobe setelah inkubasi pada suhu tertentu (Waluyo, 2007).
Nilai PH
Nilai PH medium sangat berpengaruh pada jenis mikrobe yang tumbuh. Jasad renik pada umumnya dapat tumbuh pada kisaran PH = 3-6 unit. Kebanyakan bakteri mempunyai PH, optimum yakni PH dimana pertumbuhannya optimum, sekitar PH 6,5-7,5. pada PH di bawah 5,0 dan di atas 8,5, bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik. Kecuali bakteri asam asetat (Acetobacter Cuboxydans) dan bakteri yang mengoksidasi sulfur.
Suhu
Masing-masing jasad renik mempunyai suhu optimum, minimum, dan maksimum untuk pertumbuhannya. Hal ini disebabkan di bawah suhu minimum dan di atas suhu maksimum, aktivitas enzim akan terhenti, bahkan pada suhu yang terlalu tinggi akan terjadi denaturasi enzim (Waluyo, 2007).

2.4 Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi yaitu, 1 proses penahan total semua mikroba dan organ lain yang dapat hidup dalam lingkungan atau meterial dengan cara-cara atau kimiawi, 2 perlakuan untuk mencadangkan kesanggupan berkembang biak pada ke semua manusia dengan hilangan menghilangkan alat kelamin atau menghindari fungsinya (Rifa’I, 2004).
Yang dimaksud dengan sterilisasi dalam mikroniologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda (Hadioetomo, 1985).
Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan (Pelezar dan Chan, 1988).

2.5 Pengertian PCA + Media
Media adalah bahan untuk kultur bakteri, sel atau Jaringan (Yatim, 2007). Media adalah zat kimia yang digunakan untuk memamerkan atau mengawetkan spesimen ; zat hara yang mengandung protein, karbohidrat, garam, air dan lain-lain, baik berupa cairan maupun yang dipadatkan dengan penmbahan gelatin atau agar-agar untuk menumbuhkan bakteri, sel, kalus atau jaringan tumbuhan (Rifa’I, 2004).
PCA (Plant Count Agar) terdiri dari Formula : casein-pepton glukosa yeast extract agar, PCA harus disimpan pada suhu 150C – (+)250 C dan penyimpanannya di tempat kering dan tertutup rapat. PH akhir PCA = 7,0 , 0,2 pada 250 C (Anonymous, 2008).

2.6 Cara Perhitungan Bakteri
Cara hitungan mikroskopik
- Metode Petroff – hausser
Dalam metode ini, hitungan mikroskopik dilakukan dengan pertolongan kotak-kotak skala, dimana di dalam setiap ukuran skala seluas 1 mm2 terdapat 25 buah kotak besar dengan luas 0,04 mm2 dan setiap kotak besar terdri dari 16 kotak-kotak kecil (Waluyo, 2007).
Cara menghitung bakteri untuk membuat grafik pertumbuhan itu menggunakan metode penuangan yaitu inokukan disebarkan pada agar-agar lempengan selama 8 jam kemudian daripada penuangan kolomi-koloni yang tumbuh pada medium telah dapat dihitung. Cara lain untuk menghitung jumlah bakteri dalam piaraan seperti tersebut di atas ialah penghitungan dengan mikroskop (Dwiojo Seputro, 2005).



BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah :
Waterbath : inkubasi media cair dengan suhu yang bisa ditentukan .
Incase : menginkubasi media pada suhu ruang 35-370 C.
Erlen meyer : sebagai tempat pembuatan PCA.
Cawan Petri : sebagai media biakan.
Autoklaf : untuk mensterilisasikan media dengan suhu 1210C atau tekanan 0,1 Mph (sterilisasi basah).
Colony counter : untuk menghitung bakteri.
Kompor : untuk memanaskan suhu pada cawan Petri.
Bunsen : untuk pengkondisian aseptis.

3.2 Bahan dan Fungsi
Bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah :
Kertas label : untuk menandai cawan Petri dan tabung reaksi.
PCA : sebagai media pembiakan organisme.
Kertas Koran : untuk membungkus cawan Petri yang terdapat di dalamnya.
Tali : untuk mengikat benda.
Spirtus : digunakan sebagai bahan bakar Bunsen.
3.3 Skema Kerja
1) Sterilisasi
































2) Pembuatan Media


























3) Penanaman

4) Perhitungan Koloni












5) Pendinginan Media

4.2 Analisa Prosedur
Praktikum dengan materi mikroorganisme perairan, memerlukan bahan dan alat sebagai berikut : cawan Petri (2), kertas label, kolony counter, autoklaf, oven, kompor, medium agar steril, kertas permanen, benang dan spirtus. Langkah pertama, dilakukan sterilisasi terlebih dahulu ini bertujuan untuk mematikan jasad renik atau mikroorganisme dalam suatu media. Siapkan 2 cawan Petri lalu dibungkus Koran, ditali, dan dimasukkan ke dalam autoklaf, dinaikkan suhunya, hingga 2000F, lalu disterilisasi selama 15 menit dicatat hasilnya.
Langkah kedua, pembuatan medi, siapkan PCA, ditimbang 17,5 gram dan aquadest diukur 480 ml. Kedua bahan tersebut dimasukkan ke erlen meyer lalu diaduk hingga larut dengan spatula. Setelah itu, ditutup dengan kapas pada mulut erlen meyer, dibungkus Koran dan ditali dan dihomogenkan (dengan cara dipanaskan dalam waterbath hingga bening) lalu, disterilisasi basah dan catat hasilnya.
Langkah ketiga, PCA hangat dituangkan ke dalam cawan Petri ± 20ml dan didinginkan, kemudian dibalik, dibungkus plastik dan diikat lalu disimpan dalam kulkas dan catat hasilnya.
Langkah keempat, penanaman. Siapkan media PCA beku (2) lalu, cawan 1 dibuka 10 menit. Yang satunya ditiup, kemudian keduanya ditutup, dibalik dan dibungkus dengan plastik. Jangan lupa, tempelkan kertas label yang bertuliskan nama kelompok dan jam saat percobaan berlangsung, lalu diinkubasi dan dicatat hasilnya.
Langkah kelima, perhitungan koloni. Siapkan cawan yang berisi medium, dikeluarkan dari incase dan dihitung koloni yang tumbuh dengan koloni counter lalu dicatat hasilnya.
Tujuan pemanasan : untuk menumbuhkan mikroba atau bakteri.
Tujuan perlakuan ditiup dan dibuka : agar bakteri dapat masuk. Hal ini dilakukan untuk membedakan bakteri yang tumbuh dari masing-masing perlakuan.
PCA : metode yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroba atau bakteri.




4.3 Analisa Hasil
Dalam percobaan mikroorganisme ini ada 2 perlakuan yang dilakukan pada cawan Petri, pertama cawan Petri diberi perlakuan yaitu ditiup dengan mulut dan dibiarkan, setelah itu, diinkubasi di dalam incase selama 2 hari, didapat hasilnya bahwa cawan Petri tersebut didapatkan koloni yang terlalu banyak untuk dihitung atau TBUD.
Pada cawan Petri kedua diberi perlakuan selama 5 menit dan setelah itu diinkubasi selama 2 hari didapatkan hasil bahwa jumlah koloninya TBUD.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa di lingkungan sekitar banyak sekali terjadi bakteri yang ada. Tidak menutup kewajiban di dalam tubuh kita sendiri seperti di dalam mulut.





BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil (biasanya kurang dari 1 mm) sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
Macam-macam mikroorganisme terdiri dari bakteri, protozoa, virus, alga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain suhu, PH, Oksigen, Tekanan osmotik, Zat hara.
Sterilisasi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada suatu benda.
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara yang berguna untuk membiakkan mikroba.
Pengukuran jumlah sel adalah pengukuran dalam jumlah sel per unit volume biakan yang dapat dilakukan dengan cara langsung maupun tidak langsung.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah :
- Waterbath - Autoklaf
- Incase - Colony Counter
- Erlen meyer - Kompor
- Cawan petri - Bunsen
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah :
- Kertas label - Tali
- PCA - Spirtus
- Kertas koran
Data Hasil Pengamatan :
Kelompok
Dibuka
Dibuka dan ditutup
11
246
74
12
146
118
13
118
146
14
74
246

5.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, yang dapat saya sampaikan adalah untuk para asisten diharapkan menjelaskan materi dengan jelas dan teliti pada praktikum selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2008. http// manglayang blogsome : comel / 2006 /05 /
diakses pada tanggal 19 November 2008 pukul 13.00 WIB.
Rifai M, 2004. Kamus Bio. Balai Pustaka : Jakarta
Tortora. G.J, 2003. Microbiology an Introduction. An imprint of Addison Wesley Logman. Inc : San Fransisco Boston New York
Waluyo. L, 2007. Mikrobiologi Umum. Edisi Revisi. Balai Pustaka : Jakarta
Pelezar dan Chan, 1998. Dasar – dasar Mikrobiologi.Company Book Mc.Graw Hill
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan






Dibuka Ditutup

Kelompok
Perlakuan

A. Dibuka
B. Dibuka Dan Ditutup
11
246
74
12
146
118
13
118
146
14
74
246

Kel 11 = x = 160 x 102
Kel 12 = x = 132 x 102
Kel 13 = x = 132 x 102

Kel 14 = x = 160 x 102

=
=
= 146 x 102
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR

SISTEMATIKA ANATOMI FISIOLOGI DAN MORFOLOGI IKAN DAN TIKUS


Disusun oleh:
KELOMPOK 13








FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2008
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR

PRODUSEN DAN KONSUMEN DIPERAIRAN



Disusun oleh:
KELOMPOK 13








FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2008
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sebagian besar orang lebih mengetahui tentang siklus karbon amoeba selama fotosintesis bahan organik adalah sebagai hasil umum dan karbondioksida fotosintesis tumbuhan dan organisme adalah sebagai produsen utama dari bahan organik karbon menghasilkan nutrisi bagi organisme lain. Organisme sebagai konsumen dan melepaskan bahan organik dalam proses fermental dan respiasi ( Heritage, 2003).

1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pratikum ini adalah agar praktikan mengetahui hubungan antara produsen dan konsumen di perairan
Tujuan dari pratikum ini adalah agar praktikan memahami peran produsen dan konsumen dalam siklus karbon.

1.3. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada hari senini, tanggal 16 November 2008.
Praktikum dilaksanakan di laboraturium ilmu – ilmu perairan fakultas perikanan dan ilmu kelautan Universitas Brawijaya.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Siklus Karbon

Siklus karbon adalah siklus bioge kimia dimana karbon diperlukan antara biosfer, geosfer, hidrosfer dan dimanfer bumi ( obyek ostronom lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang hampir semua hingga kini belum diketahui ). ( anonymouse, 2008).
Karbon adalah sebuah unsur siklus perpindahan dalam atmosfer dalam ikuls karbon unsur ini berpindah dari persediaan diudara dan air, mulai dari makhluk hidup terkecil hingga kembali keawal karbon masuk ke atmosfer dengan jalan respirasi aoeba bahan bakar minyak dan gunung meletus dimana terjadinya pelepasan karbon. Karbon di atmosfer membentuk gas CO3 setegah dari masuknya karbon diatmosfer setiap tahun akan menyebabkan 2 pengaruh besar yaitu pada pertumbuhan biomas dan lapisan setiap kali fotosintesis CO2 dan uap air diubah menjadi bahan organisme yang akan memberikan siklus karbon memberikan kebalikan bagi ekosistem, ketika organisme mati akan menjadi bantuan sedimen yang mengandung karbon dan akan kembali kelaut beberapa tahun kemudian menjadi bahan bakar kembali keudasra. Begitulah aliran siklus karbon (Stapf, 2001).

2.2. Gambar Silkus














2.3. Siklus karbon dalam hubungan dengan produsen dan konsumen diperairan
1.Pembentukan cangkang dari berbagai jenis hewan laut
2.Pengatur PH di laut
3.Membantu dalam pembentukan batu karang ( Anonymous, 2008)

2.4. Faktor – faktor yang mempengaruhi siklus karbon

Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer bumi adalah gas karbon dioksida (CO2) Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas yang ada atmosfer (hanya sekitar 0,04 % dalam bans molar, meskipun sedang mengalami kenaikan ia memiliki peran penting dala menyokong kehidupan.
Gas – gas lain yang mengandung karbon di atasmosfer dalam metal dan marak karbon dan berperan dalam pemanasan global.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi
Tabung reaksi = untuk mereaksikan bahan / larautan
Rak tabung reaksi = tempat tabung reaksi
Hot Plate = Untuk memanaskan larutan
Beaker glas 500 ml = untuk wadah larutan
Pipik tetes = untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit

3.2. Bahan dan Fungsi
Siput air = Untuk sample yang diamati
Hidrilla = Untuk sample yang diamati
Kapas = Untuk sample yang diamati
Larutan bromotimol biru = sebagai bahan pengujian dalam CO2
Air keran = Sample yang akan diamati
Parafin cair = Untuk menyumbat kupa tabung reaksi agar kapas tidak mudah lepas.
3.3. SKEMA KERJA
A. Kondisi Gelap






































































































































BAB IV
PEMBAHASAN



4.1. Data Pengamatan

TABUNG
KONDISI AIR
KONDISI SIPUT
KONDISI HIDRILLA
A

B
C
D
Warna biru
Kotoran dibawah
Biru bening
Biru bening
Biru bening
Dibawah

Setengah memakai Hidrilla


Warna hijau
Warna hijau


TABUNG
KONDISI AIR
KONDISI SIPUT
KONDISI HIDRILLA
A
B
C
D
Biru bening
Biru bening
Biru bening
Biru bening
Siput dibawah
Siput diatas

Hijau

Hijau


TABUNG
KONDISI AIR
KONDISI SIPUT
KONDISI HIDRILLA
A
B
C
D
Biru bening
Kotoran dibawah




4.2. Analisa Prosedur
Langkah pertama yang dilakukan praktikum prodesen dan konsumen perairan adalah
menyiapkan alat dan bahan yang digunakan alat yang digunakan yaitu pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung reaksi, hot plate, beaker glass, sedangkan bahan yang digunakan adalah siput air hidrilla, air kran, kapas larutan brotomotimol biru dan parafin cai. Mula – mula didisiapkan tabung reaksi lalu diisikan air kran sebanyak kira – kira 2 cm dengan siput dan diberi label A. Pada tabung reaksi, kedua diisi dengan siput air dan hidrilla diberi label B pada tabung C dan pada tabung 4 biarkan hanya diisi dengan air keran saja dan diberi label D keempat tabung reaksi tersebut ditetesi dengan larutan bromotimol biru sebanyak 3 tetes. Untuk pengujian dalam CO2. kemudian tabung reaksi ditutup dengan kapas. Setelah itu tabung reaksi dicelupkan kedalam parafin cair. Hal ini bertujuan untuk penyumbatan kapas agar tidak lepas dan juga agar tidak ada CO2 di dalam tabung reaksi. Setelah tabung reaksi mendapat perlakuan kemudian tabung reaksi tersebut ditutupi dengan plastik hitam di ruang gelap. Setelah itu amati tabung reaksi selama 3 hari dalam 24 jam.

4.3. Analisa Hasil
Dari hasil praktikum ini didapat pada tabung A hari pertama kondisi air warna biru, kotoran di bawah, pada hari kedua kondisi air biru bening, kotoran di bawah, pada hari ketiga biru bening kotoran di bawah. Kondisi siput hari pertama tidak diketahui dan sama sampai pada hari ketiga pun tetap.
Untuk tabung 3 hari pertama kondisi air biru bening, kedua biru bening sampai dengan hari ketiga. Kondisi siput di tengah memakan hidrilla, kedua siput di atas, hari ke 3 di tengah, memakan hidrilla, dan kondisi hidrilla hari pertama warna hijau, hari kedua hijau, hari ketiga kuning kehijauan. Untuk tabung I hari pertama kondisi air biru bening sama hari ke tiga. Kondisi hydrilla sama tidak diketahui. Untuk tabung B kondisi air biru bening. Sama hari kedua sedangkan hari ketiga warnanya kehijauan. Untuk kondisi siput tidak diketahui dari hari pertama sampai hari ketiga. Hal ini sama seperti kondisi hidrilla.







BAB V
PENUTUP


5.1.Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum produsen dan konsumen adalah
Siklus karbon adalah suatu siklus tidak mempunyai ujung dan pangkal sebagai nama suatu lingkaran atau roda.
Karbon di perairan berperan dalam beberapa hal di laut di antarannya pembentukan cangkang dari berbagai jenis hewan laut pengatur PH di laut membantu dalam pembentukan batu karang.
Salah satu produsen dalam ekosistem perairan adalah hidrilla
Salah satu konsumen dalam ekosistem perairan adalah siput air.

5.2 Saran
Diharapkan denegan adanya praktikum. Produsen dan konsumen perairan ini praktikum dapat telah mengerti peran dalam lingkungan perairan dengan adanya kerjasama yang baik diantarannya. Praktikum dan asisten.
DAFTAR PUSTAKA


Anonymous, 2008, karbon diperairan http:// separatarberita. blog. Spot.com.
Anonymous.2008.http:// wikipedia. Jakarta
Kimbali.john. 1992. Biologi. Erlangga. Jakarta
Sastrodinoto. Soenarjo 1987. Bioloi ikan Reneka Cipta. Jakarta
Staff. Com. 2001. Biology the Unrty and diversity Of life,wadowath. california

























LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR

JARINGAN TUMBUHAN DAN HEWAN



Disusun oleh:
KELOMPOK 13











FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2008


BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
Histologi di definisikan sebagai ilmu tentang jaringan.jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai asal,struktur,dan fungsi yang sama (Pratiwi,2004).
Pada awal perkembangan tumbuhan,semua sel melakukan pembelahan diri,tetapi pada pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut,pembelahan sel menjadi terbatas di bagian khusus dari tumbuhan.jaringan ini bersifat embrionik dan selalu membelah di ri (Pratiwi,2004).

2.Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum tentang jaringan hewan dan tumbuhan adalah agar praktikan mengenal dan memahami berbagai macam jenis jaringan.baik itu hewan maupun jaringan tumbuhan.

Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengamati struktur sel yang menyusun jaringan tubuh hewan dan tumbuhan.serta mengamati perbedaan jaringan hewan dan tumbuhan.

3.Waktu dan Tempat
Praktikum tentang jaringan hewan dan tumbuhan dilaksanakan pada hari senin tanggal 24 nopember 2008 pukul 15.00-16.30 WIB.di Laboratorium IIP ( Ilmu-Ilmu Perairan) Gedung C Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi jaringan
Jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai asal,strukur dan fungsi yang sama.(Pratiwi,2004)
Jaringan merupakan kumpulan sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama (Dewi,2004).
Jaringan adalah gabungan dari beberapa atau banyak sel yang memiliki fungsi yang sama dalam suatu ikatan ( Organisasi.2008).

2.2 Differensiasi Jaringan
Pada awal perkembangan tumbuhan,semua sel melakukan pembelahan diri,tetapi pada pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut,pembelahan sel menjadi terbatas di bagian khusus dari tumbuhan.jaringan ini bersifat embrionik dan selalu membelah di ri.jaringan embrionik ini disebut meristem.sel-sel meristem akan tumbuh dan mengalami spesialisasi membentuk berbagai macam jaringan dan tidak mempunyai kemampuan untuk membelah diri,jaringan ini disebut jaringan dewasa (Pratiwi,2004).
Jaringan permanent sel-selnya tidak membelah,tetapi telah terdiferensiasi sehingga membentuk berbagai jaringan yang kompleks.Differensiasi adalah proses perubahan jaringanmeristem menjadi jaringan lain.hasil proses diferensiasi jaringan meristem antara lain jaringan epidermis,parenkim,kolenkim,sklerenkim.xilem dan floem (Dewi,2004).
2.3 Jaringan hewan
Dilihat dari segi jumlah sel,hewan dapat dibagi menjadi Protozoa,metazoan,pada hewan bersel banyak (termasuk manusia) kumpulan sel-sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama akan membentuk jaringhan.jaringan-jaringan yang berbeda akan bergabung membentuk organ tubuh.organ-organ tubuh akan bergabung membentuk sistem organ tubuh.sistem organ tubuh akhirnya akan bergabung mebentuk organisme (hewan).(e-dukasi.net.2008).



1.Bentuk-bentuk jaringan hewan dan contohnya
Jaringan epitel
Adalah jaringan yang melapisi permukaan tubuh,organ tubuh atau permukaan saluran tubuh hewan (e-dukasi.net.2008).
Berdasarkan bentukya,sel epitel dibedakan tiga macam,yaitu piph,kubus,dan batang.
Epitel piph: berbentuk pipih seperti lembaran.contohnya,dinding kapiler darah dan alveolus pada paru-paru.
Epitel kubus: berbentuk kubus.dilihat dari atas,permukaan sel-sel epitelium kubus tampak lebih kecil dan lebih teratur daripada sel-sel epitel pipih.contohnya kelenjar tiroid.
Epitel batang (kolumner): berbentuk batang.sel epitel batang terdapat pada mukosa usus dan saluran pernapasan. (Pratiwi,2004).

2.Jaringan Ikat
Jaringan ikat ikat berkembang dari mesenkim.mesenkim berasal dari mesoderm,yaitun lapisan tengah embrio.(Pratiwi,2004)
Jenis-jenis jaringan ikat:
a) Jaringan ikat longgar: dicirikan oleh susunan serat-seratnya yang longgar.
b) Jaringan ikat padat: dicirikan dengan susunan serat-seratnya yang padat.
c)Tulang rawan (kartilago):merupakan spesialisasi dari jaringan ikat berserat tebal dengan matriks elastis.(Pratiwi,2004)

Jaringan otot
Adalah jaringan yang memiliki fungsi untuk pergerakan anggota tubuh agar dapat bergerak. (organisasi.2008)
Jenis-jenis otot :
Otot polos(viseral): terdiri atas sel-sel berbentuk gelendong yang panjangnya antara 30-200 milimikron.
Otot lurik (otot rangka) : terdiri atas sel-sel silinder yang sangat panjang dan tidak becabang.
Otot jantung : menyerupai otot lurik,perbedaannya terletak pada percabangan dan intinya. (Pratiwi,2004)

Jaringan saraf : terdiri atas sel-sel saraf (neuron) yang mempunayai cirri khusus,yaitu mempunyai juluran sitoplasma yang panjang.
Penggolongan neuron :
1.Neuron aferen (neuron sensori):menyampaikan rangsangan dari organ penerima rangsan kepada system saraf pusat.
2.Neuron intermedit (interneuron): membentuk mata rantai dan terdapat didalam system saraf pusat.
3.Neuron eferen (neuron motor) : berfungsi mengirimkan impuls dari system saraf pusat ke otot dan kelenjar yang akan melakukan respon tubuh. (Pratiwi,2004)

2.Jaringan Tumbuhan
Seperti pada hewn,tubuh tumbuhan pun terdiri dari sel-sel.sel-sel tersebut akan berkumpul membemtuk jaringan.jaringan akan berkumpul membentuk organ dan seterusnya sampai membentuk satu tubuh tumbuhan. (e-dukasi.net.2008)

1.Bentuk-bentuk jaringan tumbuhan besrta contohnya
1.Jaringan meristem
Adalah jaringan yang terus menerus membelah.
2Jaringan meristem primer : merupakan perkembangan lebih lanjut
Dari pertumbuhan embrio.
Contoh : ujung batang,ujung akar.
3Jaringan meristem sekunder : jaringan meristem yang berasal dari
jaringan dewasa yaitu kambium dan cambium gabus.
(e-dukasi.net.2008)





2.Jaringan dewasa
Sifatnya tidak mempunyai aktivitas untuk memperbanyak diri.
Jaringan epidermis adalah lapisan sel yang berada paling luar,pada permukaan
organ-organ tumbuhan primer seperti akar,batang,daun bunga.
Jaringan dasar ( Parenkim).merupakan suatu jaringan yang terbentuk dari sel-sel
Hidup.dengan struktur morfologi serta fisiologi yang bervariasi dan masih melakukan kegiatan proses fisiologi.contoh pada batang dan akar.
Jaringan penyokong merupakan jaringan yang memberikan kekuatan bagi
tumbuhan. (Pratiwi.2004)
Jaringan klorenkim.merupakan jaringan parenkim yang mengandung klorofil.
Jaringan kolenkim,fungsinya sebagai alat penyokong dan memperkuat organ.
Jaringan sklerenkim.fungsinya sebagai alat penyokong dan pelindung.
Jaringan xylem,fungsinya menyalurkan air garam mineral dari akar menuju bagian atas tanaman.
Jaringan foem,berfungsi menyalurkan zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan. ( Dewi,2004)














BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Fungsi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
-Mikroskop : Mengamati benda-benda yang berukuran mikroskopik
- Cover glass : Untuk menutup preparat pada objek glass.
- Objek glass: Sebagai tempat preparat
-Silet : Untuk membuat preparat

3.2 Bahan dan Fungsi
Bahan –bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
-Penampang melintang akar,batang,daun,baik monokotil maupun dikotil: digunakan
Sebagai objek pengamatan.
-Penampang melintang berbagai organ tubuh hewan :digunakan sebagai objek
pengamatan.

















3.3 Skema kerja












BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data hasil pengamatan


Sriated muscle heart muscle

amoeba human bloo





akar dikotil





batang dikotil dan monokotil





jaringan daun
otot lurik







tulang rawan hialin
tulang keras




4.2.Analisa Prosedur
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan.kemudian buat preparat dari sisik ikan nila.lalu diamati. Begitu pula preparat yang di bagikan asisten di setiap kelompok. Digambar hasil pengamatan dibawah mikroskop sesuai dengan pembesaran yang di inginkan. Setelah itu semua peralatan yang digunakan di atur kembali dan di kembalikan pada tempat semula.

4.3 Analisa Hasil
Dari hasil pengamatan di bawah mikroskop,di dapat hasil untuk batang monokotil,dilihat dengan perbesaran 40X.terlihat bahwa sel-selnya berwarna merah dan berbentuk lingkaran yang tak beraturan.pada pengamatan daun(fiscus leaf) dengan perbesaran 40X.terlihat bahwa sel-selnya berwarna hijau,dan pada bagian sisi berwarna biru.pada pengamatan tulang keras.dengan perbesaran 10X terlihat serat-seratnya berwarna putih dan agak bercabang. .pada pengamatan sisik ikan nila dengan perbesaran 40X,terlihat bagian-bagiannya berbentuk melengkung,dan ada yang berbentuk lingkaran.pada pengamatan otot jantung dengan perbesaran 10X terlihat serat-seratnya berwarna ungu dan terdapat sel-sel dan intinya.pada pengamatan human blood (darah manusia ) dengan perbesaran 40x terlihat seratnya berwarna ungu.pada pengamatan striated muscle dengan perbesaran 40x terlihat serat berwarna ungu begitupun dengan sel-selnya.pada dicotyl root(akar monokotil) dengan perebesaran 40x,terlihat jaringan pengangkutnya berwarna merah yang terdapat di tengah dan di pinggir berwarna hijau muda.pada pengamatan tulang rawan hialin kartilago dengan perbesaran 40X terlihat jaringan pengangkutnya berwarna hijau kehitaman.pada amoeba,terlihat inti sel berwarna merah muda,pada batang dikotil terlihat sel-selnya berwarna ungu dan di pinggirnya berwarna biru tua.padaotot lurik terlihat seratnya berwarna hijau dan jaringannya berwarna merah.





























BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai asal,sruktur,dan fungsi yang sama.
Differensiasi adalah proses perubahan jaringan meristem menjadi jaringan lain.hasil proses differensiasi jaringan meristem antara lain jaringan epidermis,parenkim,kolenkim,klorenkim,xylem dan floem.
Bentuk-bentuk jaringan hewan antara lain jaringanepitel(epitel pipih,epitel kubus,epitel batang).jaringan ikat ( jaringan ikat longgar,jaringan ikat padat,tulang rawan(kartilago). Jaringan otot(otot polos,otot lurik,otot jantung) jaringan saraf
( neuron aferen,neuron intermediet,neuron eferen)
Bentuk-bentuk jaringan tumbuhan adalah jaringan meristem(meristem
primer,jaringan meristem sekunder).jaringan dewasa( jaringan epidermis,jaringan
parenkim,jaringan klorenkim,jaringan kolenkim,jaringan sklerenkim,jaringan
xylem dan floem merupakan jaringan angkut.

5.2 SARAN
Dalam praktikum harus lebih teliti dalam mengamati bentuk-bentuk sel,agar dapat mengetahui perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan










DAFTAR PUSTAKA

e-dukasi.net.2008.struktur tumbuhan,http://e-dukasi.net/struktur
tumbuhan
Di akses tanggal 2 Desember 2008 pukul 18.00 WIB
organisasi.org.2008.http://organisasi.org/macam jenis jaringan
Di akses tanggal 2 Desember 2008 pukul 18.30 WIB
Pratiwi.2004.Biologi SMA.Erlangga.Jakarta
Dewi,Rossana.2004.Biologi 2a.Intan Pariwara.Klaten