Senin, 26 Oktober 2009

laporan biologi laut

LAPORAN PRAKTIKUM
“BIOLOGI LAUT”


Oleh:
NUR AINI (0810850053)
PERTIWI (0810850054)
PRIYANDARU AGUNG E T (0810850055)
PUTRI NOVIA SARI U (0810850057)
RINI RAFIKA (0810850058)
RIO K B (0810850059)
ZAINIYAH SOFFAH (0810850061)

KELOMPOK : 13
ASISTEN : M.AWALUDDIN ADAM








FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2009
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Biologi laut, yakni ilmu pengetahuan tentang kehidupan biota laut, berkembang begitu cepat untuk mengungkap rahasia kehidupan berbagai jenis biota laut yang jumlah jenisnya luar biasa besarnya dan keanekaragaman jenisnya luar biasa tingginya. Tingginya keanekaragaman jenis biota laut barangkali hanya dapat ditandingi oleh keanekaragaman jenis biota di hutan hujan tropik di darat. Laut seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. (Romimontarto, 2001)
Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut, tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup di semua bagian lingkungan laut tersebut dan di segala kondisi lingkungan yang majemuk. Mereka dikelompok-kelompokkan oleh pengaruh sifat-sifat lingkungan yang berbeda-beda ke dalam lingkungan-lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau mintakat-mintakat menurut kriteria-kriteria yang berbeda-beda. (Romimohtarto, 2001)
Pencampuran air laut dan air tawar mempunyai pola pencampuran yang khusus. Berdasarkan pola pencampuran air laut, secara umum terdapat 3 model estuaria yang sangat dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi, kedalaman, dan pola pasang surut karena dorongan dan volume akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari air sungai. (Anonymousa, 2009).
Zona intertidal adalah area sempit dalam sistem bahari antara pasang tertinggi dan surut terendah.zona kedua merupakan batas antara sudut terendah dan pasang tertinggi dan garis permukaan laut (intertidal) dan zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah garis permukaan laut ( subtidal ).(Prajitno,2007)
Ekosistem mangrove didefinisikan sebagai mintakat pasut dan mintakat apasut dari pantai berlumpur dan teluk,goba dan estuari yang didominasi oleh halopita,yakni tumbuh-tumbuhan yang hidup di air asin berpokok dan beradaptasi tinggi yang berkaitan dengan anak sungai,rawa-rawa,bersama-samasengan populasi tumbuh-tumbuhan dan hewan.(Prajitno,2007)
Estuari memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Perairan semi tertutup
Bagian dari muara sungai
Dipengaruhi oleh pasang surut
Berhubungan langsung dengan laut
Tempat air laut bertemu / bercampur dengan air tawar (Prajitno,2007)

1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum biologi laut ini adalah agar praktikan mengetahui dan mengerti flora dan fauna yang ada di zona mangrove dan zona intertidal, serta mengetahui dan mengerti parameter yang diukur di zona estuaria.

1.2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum biologi laut ini adalah agar praktikan mampu mengidentifikasi dan mengklarifikasikan flora dan fauna yang ada di zona mangrove dan intertidal serta mampu mengukur parameter di zona estuaria.





1.3 Tempat dan Waktu
1.3.1 Tempat
Praktikum biologi laut dilaksanakan dua kali, yaitu :
Pertama praktikum lapang yang bertempat di Pantai Kondang Merak, Kabupaten Malang Selatan.
Praktikum yang kedua di Laboratorium Ilmu-Ilmu Perairan (IIP). Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Brawijaya Malang.

1.3.2 Waktu
Praktikum lapang biologi laut dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 11 April 2009 pukul 06.00 wib – selesai.
Praktikum laboratorium dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 12 April 2009 pukul 07.30 wib – selesai.




2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zonasi
2.1.1 Intertidal
a. Pengertian Zona Intertidal
Menurut Nybakken (1988) menyatakan bahwa zona intertidal (pasang-surut) merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera dunia. Merupakan pinggiran yang sempit sekali hanya beberapa meter luasnya. Terletak di antara air tinggi dan air rendah. Zona ini merupakan bagian laut yang mungkin paling banyak dikenal dan dipelajari karena sangat mudah dicapai manusia. Hanya di daerah inilah penelitian terhadap organisme perairan dapat dilaksanakan secara langsung selama periode air surut, tanpa memerlukan peralatan khusus. Zona intertidal telah diamati dan dimanfaatkan oleh manusia sejak prasejarah.
Menurut Prajitno (2007), zona intertidal adalah area sempit dalam sistem bahari antara pasang tertinggi dan surut terendah. Zona kedua merupakan batas antara surut terendah dan pasang tertinggi dari garis permukaan laut (intertidal) dan zona ketiga adalah batas bawah dari surut terendah dan garis permukaan laut (subtidal). Garis pantai yang memanjang dengan batas laut yang apik memberikan gambaran tersendiri. Genangan air laut terhadap daratan pesisir yang terus berubah dengan dinamika yang cukup tinggi, memungkinkan pemilihan zona bagi kawasan ini yang banyak dipengaruhi oleh pola pergerakan pasang surut.
b. Biota pada Zona Intertidal
Menurut Prajitno (2007), pada beberapa kawasan yang jauh dari kegiatan manusia kita dapat menemukan begitu ramainya kehidupan pantai berpasir dari kegiatan “pencarian makanan” dan “bermain” di sela-sela hempasan riak gelombang oleh kepiting-kepiting kecil termasuk hermit crab, cacing-cacing pantai, kerang-kerangan kecil. Komunitas vegetasi pantai tropis didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Algae sargassum tumbuh dari daerah intertidal, subtidal sampai daerah tubir dengan ombak besar dan arus deras kedalaman untuk pertumbuhan dari 0,5 – 10 m.

Ikan-ikan intertidal :
Menurut Nybakken (1988), walaupun banyak penelitian yang sudah dilakukan dalam ekologi invertebrata dan tumbuhan dari zona intertidal dengan tiga tipe pantai, tetapi hanya sedikit keterangan mengenai ikan di daerah ini atau tentang peranannya di dalam organisasi komunitas baik sebagai grazer maupun predator.
Burung :
Menurut Nybakken (1988), ketika pasang turun, berbagai burung biasanya berasosiasi dengan zona intertidal. Cukup mengherankan, pengaruh burung-burung ini terhadap komunitas invertebrata pada saat ini sangat sedikit diketahui, kecuali peranan pada hamparan dataran lumpur estuaria. Kebanyakan burung yang berasosiasi dengan daerah intertidal merupakan burung karnivora atau omnivora.
2.1.2 Mangrove
a. Pengertian Zona Mangrove
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat dimana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai dimana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu (Anonymousb, 2009).
Menurut Romimontarto (2001), mangrove umumnya berupa hutan yang terletak di tepi pantai laut di mintakat pasut. Hutan ini umumnya lebat dan berawa-rawa sehingga penelitian dengan menggunakan metode transek tidak mudah. Para peneliti harus bekerja keras untuk dapat melakukan penelitian dengan metode tersebut.
b. Biota Pada Zona Mangrove
Menurut Romimontarto (2001), tumbuh-tumbuhan mangrove yang khas kebanyakan beradaptasi seperti yang telah diterangkan. Beberapa jenis seperti Avicennia hidup di habitat yang berair lebih asin sedangkan Nypa fructicans terdapat pada habitat yang berair lebih tawar. Beberapa hewan mangrove beradaptasi hidup melekat pada akar Rizophora dan Bruguiera. Bersama mereka biasanya terdapat masyarakat kecil terdiri dari keong, kerang, kepiting, udang, teritip, isopoda, amphipoda, cacing, sepon dan ikan.
Menurut Prajitno (2007) bahawa hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak-semak,semak yang terdiri itu Genera tumbuhanAegiatusberbunga(Avicennia,Sonneratia,Rhizophora,Bruguiera,Xylocarpus,Langunculana,Aegiatus,Snaed,dan Conocarpus yang termasuk kedalam 8 familiy.

c. Susunan Tanaman dari Perairan ke Daratan di Mangrove
Berdasarkan ketahanannya terhadap genangan pasang air laut, Prajitno (2007) mengelompokkan tumbuhan mangrove menjadi lima, yaitu:
1.Spesies tumbuhan yang selamanya tumbuh di daerah genangan untuk semua pasang naik: pada umumnya tidak ada spesies dapat hidup pada kondisi seperti ini, kecuali Rhizophora mucronata.
2.Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah genangan untuk semua pasang medium: spesies yang banyak hidup di sini adalah dari genera Avicennia, yaitu Avicennia alba, A. marine, A. intermedia, dan Sonneratia griffithi, serta spesies Rhizophora mucronata yang tumbuh di tepi sungai.
3.Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah genangan pada pasang naik normal: umumnya tumbuhan mangrove dapat hidup di daerah ini. Namun yang paling dominan adalah spesies dari genera Rizhopora.
4.Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah genangan hanya pada pasang-naik tertinggi (spring-tide): cocok untuk spesies Bruguiera gymnorhiza dan B. cylindricat.
5.Spesies tumbuhan yang hanya tumbuh di daerah genangan pada pasang naik lainnya (kadang-kadang digenangi oleh pasang tertinggi): Bruguira gymnorhiza dominan, akan tetapi Rhizophora apiculata dan Xylocarpus granatus dapat tahan di daerah ini.
Menurut Ghufron (2008), hutan mangrove terdapat lima zona berdasarkan frekuensi air pasang, yaitu:
1.Hutan yang paling dekat dengan laut ditumbuhi oleh Avicennia dan Sonneratia.
2.Hutan pada substrat yang sedikit lebih tinggi yang biasanya dikuasai oleh Bruguiera cylindrica.
3.Ke arah daratan lagi hutan dikuasai olah Rhizophora mucronata dan R. apiculata.
4.Hutan yang dikuasai oleh Bruguiera parviflora kadang-kadang dijumpai tanpa jenis pohon lainnya.
5.Hutan mangrove terakhir dikuasai oleh Bruguiera gymnorrhiza.

2.1.3 Estuaria
a. Pengertian Zona Estuaria
Estuaria adalah bagian dari lingkungan perairan yang merupakan daerah percampuran antara air laut dan air tawar yang berasal dari sungai, dan sumber air tawar lainnya (saluran air tawar dan genangan air tawar). Lingkungan estuariaa merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat dipengaruhi oleh pasang-surut, tetapi terlindung dari pengaruh gelombang laut. (Anonymousc, 2009)
Estuaria adalah daerah litoral yang agak tertutup (teluk di pantai), tempat sungai bermuara dan air tawar dari sungai bercampur dengan air asin dari laut. Biasanya berkaitan dengan pertemuan perairan sungai dengan perairan laut. (Anonymousd, 2009).
b. Biota Pada Zona Estuaria
Menurut Nybakken (1988), genera diatom yang dominan termasuk Skeletonema, Asterionella, Chaetoresos, Nitzchia, Thallassionema, dan Melosira. Genera Dinoflagellata yang melimpah termasuk Gymnodinium, Gonyaulax, Peridinium, dan Ceratium. Zooplankton estuaria yang khas meliputi spesies dari genera Copepoda eurytemora, Acartia, Pseudodiaptomus, dan Centropages; misid tertentu misalnya spesies dari genera Neomysis praunus dan Mesopodopsis dan amfipoda tertentu misalnya spesies dari Gammarus.
2.3.2 Suhu
Menurut Bayard (1983), suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran jasad-jasad laut. Jasad-jasad yang mampu mempertenggangkan jangka suhu yang nisbi. Luas diistilahkan sebagai ueritermal, yang terbatas kepada jangka suhu yang sangat sempit disebut stenotermal. Beberapa jenis diantaranya lebih euritermal pada tahap-tahap tertentu dari kehidupannya daripada yang lain.
Menurut Romimontarto (2001), pada permukaan laut air murni berada dalam keadaan cair pada suhu tertinggi 100 oC dan suhu terendah 0 oC. Karena adanya pengaruh salinitas dan densitas, maka air laut dapat tetap cair pada suhu dibawah 0 oC. Suhu alami air laut berkisar antara suhu dibawah 0 oC tersebut sampai 33 oC. Di permukaan laut, air laut membeku pada suhu -1,9 oC. Perubahan suhu dapat memberi pengaruh besar kepada sifat-sifat air laut lainnya dan kepada biota laut
3. METODOLOGI

3.1 Fungsi Alat dan Bahan
3.1.1 Fungsi Alat
lapang
a) Zona Mangrove
Cetok = Untuk mengambil biota yang ada
di dalam transek
Kamera Digital = Untuk mengambil gambar biota
Ember = Sebagai tempat alat biota
Transek = Alat yang di gunakan untuk
menentukan letak biota
b)Zona Estuari
* Kecerahan :
Secchi disk = Untuk mengukur kecerahan
* Salinitas
Refraktometer = Untuk mengukur salinitas
* DO
Botol DO = Sebagai tempat cairan
Selang Aerator = Untuk mengambil cairan bening
Water sampler = Sebagai tempat Aquadest
* Suhu
Thermometer = Untuk mengukur suhu
* pH
- Kotak pH = Sebagai alat untuk mengidentifikasi
besarnya pH
c)Zona Intertidal
Cetok = Untuk mengambil biota di dalam transek
Seser = Untuk mengambil biota daerah intertidal
Kamera Digital = Untuk mengambil gambar biota yang tidak dapat di ambil sample biotanya
Ember = Sebagai tempat alat dan biota
Transek = Alat yang di gunakan untuk menentukan letak biota
Selang Aerator = Untuk mencari titik keseimbangan antara tali rafia dan tongkat skala
Tongkat Berskala = Untuk mengukur kedalaman air laut pada zona intertidal

Laboraturium
a)Salinitas
Refraktometer = Untuk mengukur salinitas
b)Identifikasi Biota
Nampan = Sebagai tempat biota yang akan di ukur
Jangka Sorong = Untuk mengukur morfometrik biota
c)DO
Botol DO = Sebagai tempat cairan larutan
sample zona estuari
Buret = Sebagai titrasi larutan
Corong = Untuk memasukan larutan ke dalam buret
Pipet Tetes = Untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit
Washing bottle = Sebagai tempat aquadest
Statif = Sebagai penyangga buret

3.1.2Fungsi Bahan
a)Bahan Lapang
Tali rafia 25 M = Sebagai tanda jarak di Zona Intertidal
Air sample = Sebagai media sample
Karet Gelang = Untuk mengikat plastik yang ada biotanya
Kantong Plastik = Sebagai wadah biota yang di ambil



* DO
Kertas A4 = Untuk mencatat gasil pengamatan
Tissue = Untuk membersihkan kaca refrakto meter
NaOh + KI = Untuk membentuk endapan coklat
MnSO4 = Untuk mengikat O2
Kertas label = Untuk memberi tanda pda sample

B)Bahan Laboraturium
H2SO4 = Untuk pengkondisisan asam dan melarutkan endapan coklat
Amilum = Sebagai indikator warna ungu dan pengoksidasian suasana basa
Kertas A4 = Untuk mencatat hasil Pengamatan
Na-Thiosulfat = Untuk larutan titran
Aquadest = Untuk membersihkan alat (mengkalibrasi )











3.2Prosedur kerja
3.2.1Pengambilan biota di pantai



Disiapkan transek
Di buat transek kuadrat
Di letakan transek ukuran 1x1 m
Di tentukan stasiun 1 sampai stasiun 10
dengan jarak 1 M
Di gali setiap stasiun dengan menggunakan cetok untuk mendapatkan biota


Di ambil biota dari masing-masing stasiun yang di temukan
Di masukan dalam kantong plastik, untuk flora di foto
Di ikat dengan karet gelang
Di beri tanda dengan menggunakan kertas label
























3.2.2Pengambilan biota mangrove



Disiapkan transek
Di buat belt transek
Di letakan transek ukuran 1x1 m
Di tentukan stasiun 1 sampai stasiun 5
Di gali setiap stasiun dengan menggunakan cetok untuk mendapatkan biota



Di ambil biota dari masing-masing stasiun yang di temukan
Di masukan dalam kantong plastik, untuk flora di foto
Di ikat dengan karet gelang
Di beri tanda dengan menggunakan kertas label



3.2.3Pengukuran Kualitas Air

A. pH




Di siapkan pH paper
Di Celupkan pH paper dalam perairan
Di tunggu 2 – 3 menit
Di cocokan dengan parameter warna/kotak standart











B. Suhu




Di siapkan thermometer
Di masukan di dalam perairan dengan membelakangi matahari
Di tunggu 2-3 menit
Di catat pada saat termometer masih di dalam air
Di ambil































C. Oksigen terlarut (DO)

Di lapangan



Di siapkan
Di buka tutup water sampler


Di masukan ke dalam water sampler
Di buka tutup botol DO
Di letakan di samping botol DO
Di tutup water sampler



Di sambung selang pada tutup water sampler
Di masukan dalam perairan
Di letakan selang aerator di dekat talinya
Di tunggu sampai buinyi ”Blub”
Di tutup ujung selang
Di angkat dari perairan
Di buka tutup water sampler
Di tutup botol DO di dalam air



Di angkat dan di bolak balik
Di buka tutup botol DO
Di tetesi 2ml larutan MnSo4
Di homogenkan
Di tetesi 2 ml NaoH +KI
Di homogenkan
Di Endapkan 30 menit
Di tutup Botol Do






Di laboraturium


Di siapkan
Di ambil cairan bening dari botol DO dengan
menggunakan selang aerator
Di buang cairan bening
Di tetesi 2 ml larutan H2SO4
Di homogenkan
Di tetesi 3-4 ml amilum
Di homogenkan
Di letakan di bawah buret yang berisi Na-Thiosulfat
Di titrasi Na2S2O3 sambil di homogenkan
Di tunggu cairan dengan di tetesi di bawah buret
sampai bening pertama kali
Di lihat Vo titrasi yang di gunakan
Di hitung Do dengan rumus sebagai berikut


D. Salinititas




Di siapkan
Di buka tutup refraktometer
Di kalibrasi dengan aquadest
Di keringkan dengan tissue
Di teteskan air sample di refraktometer
Di tutup refraktometer jangan sampai
terjadi gelmbung udara
Di lihat refrakto meter menghadap cahaya
Di lihat bagian kanan untuk salinitas
Di amati angka yang ada pada bagian kanan
Refraktometer


3.2.5Pengukuran kelandaian pantai




Di rentangkan tali rafia dan garis yang telah ditentukan menuju ke laut sampai 25 meter
Di tegakan tongkat berskala pada ujung tali rafia
Di cari keseimbangan tongkat dengan tali rafia dengan menggunakan selang aerator
Di catat tinggi keseimbangan pada tongkat
Di hitung dengan rumus
Tan






3.2.6Identifikasi dan klasifikasi biota




Di siapkan
Di ukur morfometrik menggunakan jangka sorong
Di identifikasi ciri-cirinya
Di cocokan dengan buku identifikasi












4.DATA HASIL,PERHITUNGAN DAN ANALISA

4.1Data Hasil
4.1.1Pantai Berbatu

No
Biota
Klasifikasi
Ciri - ciri
Jumlah
Biota
Gambar



1.
Transek 6
Stasiun 1

(Alga Coklat)
Phylum : Ochrophyta
Class : Phaeista
Super-class : phaeistia
Class : Phaeophyceae
Order : Fucales
Family : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Species : sargassum polycystum
Thaili silindris berduri – duri kevil merapat, holdfast membentuk cakram kecil dengan diatasnya secara karakteristik terdapat perakaran stolon yang rimbun berekspansi ke segala arah, batang pendek dengan percabangan utama tumbuhan..




1





2.
Transek 6
Stasiun 5

(Kelomang)

Transek 4
Stasiun 3

Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Sub-class : Malacostraca
Order : Decapoda
Infraorder : Anomura
Family : Coenobitidae
Genus : Birgus ; Coenobita
Species : Birgus latro
Kelomang adalah jenis hewan lunak barkaki perut dan bercangkang tunggal bagian bawah perut kelomang juga berfungsi mirip insang yaitu untuk menyerap zat asam yang berasal dari cadangan air dalam cangkang.




2




3.
Transek 4
Stasiun 3

Transek 4
Stasiun 3

(Kepiting)

Transek 4
Stasiun 3

Transek 4
Stasiun 3

Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Upafilum: Crustacea
Kelas: Malacostraca
Ordo: Decapoda
Upaordo: Pleocyemata
Infraordo: Brachyura
Spesies : Callinectes sapidus


Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki, sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi sepasang capid dan tidak digunakan untuk bergerak tubuh kepiting dilindungi oleh kerangka luar yang sangat keras tersusun dari kitin dan dipersenjatakan dengan sepasang capid.





4


4.1.2Mangrove

No
Biota
Klasifikasi
Ciri - ciri
Jumlah
Biota
Gambar



1.

Stasiun 2

(Ikan gelodok)


Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Familia: Gobiidae
Subsuku: Oxudercinae

Ikan ini senang melompat – lompat kedaratan, terutama didaerah berlumpur atau berair dangkal disekitar hutan bakau ketika air surut.



2






2.

Stasiun 1

(Kelomang)


Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Sub-class : Malacostraca
Order : Decapoda
Infraorder : Anomura
Family : Coenobitidae
Genus : Birgus ; Coenobita
Species : Birgus latro
Kelomang adalah jenis hewan lunak barkaki perut dan bercangkang tunggal bagian bawah perut kelomang juga berfungsi mirip insang yaitu untuk menyerap zat asam yang berasal dari cadangan air dalam cangkang.




1




3.


Stasiun 1

Stasiun 3

(Kepiting)

Stasiun 4

Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Upafilum: Crustacea
Kelas: Malacostraca
Ordo: Decapoda
Upaordo: Pleocyemata
Infraordo: Brachyura
Spesies : Callinectes sapidus


Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki, sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi sepasang capid dan tidak digunakan untuk bergerak tubuh kepiting dilindungi oleh kerangka luar yang sangat keras tersusun dari kitin dan dipersenjatakan dengan sepasang capid.

10

1

5

















4.1.3Data Kualitas Air

Kelompok
Wilayah

Ganjil
(1,3,5,7,9,11,13)
Dasar Tengah Permukaan
pH = 8 pH = 8 pH = 8
Suhu = 30C Suhu = 30C Suhu = 30C
DO = 10,16 mg/lt DO = 4,86 mg/lt DO = 5,69 mg/lt
Salinitas = Salinitas = Salinitas =

Genap
(2,4,6,8,10, 12)

pH = 7 pH = 7 pH = 8
Suhu = 30C Suhu = 30C Suhu = 30C
DO = DO = DO =
Salinitas = 31 Salinitas = 30 Salinitas = 20

















a. Grafik Hubungan Jumlah Biota Dengan Transek Di Zona Intertidal


b. Grafik Hubungan Jumlah Biota Dengan Transek Di Zona Mangrove














4.1.4 Profil Pantai, Estuari dan Mangrove

a.Profil Pantai








b.Profil Estuari













c.Profil Mangrove












4.1.5 Hubungan Tinggi Dengan Panjang Pada Kemiringan Pantai

Hubungan tinggi dengan panjang pada kemiringan yaitu dengan cara membagi tinggi tongkat dan panjang tali.


25 m

0,8 m

Diketahui : tinggi = 80 cm = 0,8 m
Panjang tali = 25 m
Tan α = y / x
Tan α = 0,8 / 25
Tan α = 0,032
α = arc tan 0.032
α = 1,80
z = √ 252+0,82
z = √625,64
z = 25,01
1.Permukaan
D : Va = 5.3 Liter
Vt = 17,8 Liter
V botol DO = 250 Liter

DO (mg/lt) =


=
= 10,16 mg/lt


2.Tengah
D : Va = 17,8 Liter
Vt = 25 Liter
V botol DO = 300 Liter

DO (mg/lt) =

=
= 4,86 mg/lt

3.Dasar
D : Va = 18 Liter
Vt = 25 Liter
V botol DO = 250 Liter

DO (mg/lt) =

=
= 5,69 mg/lt



4.2 Analisa Prosedur
4.2.1 Mangrove
a. Analisa Prosedur
Pertama kali yang haru dilakukan adalah membagi wilayah untuk tiap kelompok, kemudian pada wilayah tersebut ditaruh transek sebanyak 5 kali, lalu diamati biota. Yang ada didalam transek 1, kemudian diambl biota dan dimasukkan dalam kantung plastik, praktek ini dilakukan kembali sampai transek 5 dan dicatat hasilnya.
b. Analisa hasil
Dari praktikum dizona mangrove didapat hasil dengan biodata kepiting 10 ekor, di stasiun 1 juga ditemukan klomang yang berjumlah 1 ekor sedangkan stasium 3 ditemukan lagi kepiting dengan jumlah 1 ekor. Kemudian pada stasium 4 juga ditemukan kepiting 5 ekor. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa zona mangrove dapat ditemukan biota jenis kepiting.
Dari data diatas dapat disimpulakan pada zona mangrove ini didominasi oleh kepiting dan ikan glodok. Beberapa sumber daya perairan yang sering ditemukan ekosistem mangrove dijlaskan sebagai berikut :
a.Ikan
Ikan penetap sejati yaitu ikan yang seluruh hidapnya dijalankan didaerah hutan mangrove seperti ikan glodok (periothalmus.sp)
b.Crustace dan Molusca
Biota yang paling banyak dijumpai di ekosistem adalah Crustacea dan mulusca, kepiting dan berbagai species sesame umunya dijumpai dihutan mangrove. Kepiting – kepiting dan Famili Pertunidae juga merupakan biota yang umum dijumpai (Anonymous, 2009).

4.2.2Pantai
a.Analisa proses
pada pengambilan biota dipantai, hal pertama yang dilakukan adalah membuat transek kuadrat, kemudian menentukan stasiun 1 samapai stasiun 10 dengan jarak masing – masing 1 meter. selanjutnya digali setiap stasiun dengan menggunakan cetok. Setelah itu detemukan biota dari stasiun dari masing – masing atasiun diambil dan dimasukkan kedalam kantung plastic kemudian di beri label atau kertas label.
b.Analisa Hasil
Pada pengambilan biota dipantai diperoleh hasil bahwa pada transek 6 stasiun 1 ditemukan alga coklat. Pada transek 6 stasiun 5 ditemukan klomang. Begitu juga pada transek 4 stasiun 3 ditemukan klomang. Pada transek 8 stasiun 1, transek 7 stasiun 1, transek 2 stasiun 3, transek 5 stasiun 5 ditemukan kepitng. Dapat disimpulkan bahwa dizona pantai (intertidal) bioa banyak ditemukan merupakan jenis kepiting.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pada zona intertidal biota yang ditemukan didominasi oleh kepiting, kelomang dan algacokelat. Keanekaragaman hayati yang terdapat dizona intertidal meliputi keaekaragaman flora maupun fauna. Keanekaragaman fauna misalnya, zona ini memiliki kenekaragaman jenis hewan baik hewan inverebrata maupun hewan vertebrata. Salahsatu contoh hewan vertebrata yang terdapat dizona intertdal adalah keanekaragaman jenis - jenis ikan (spesies) (Anonymous, 2009).
4.2.3 Estuaria
a. Analisis prosedur
- pH
Pertama di siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu pH paaper dicelupkan ke dalam air selama kurang lebih dua menit. Selanjutkan pH paper diangkat dan dikibas – kibaskan sampai kering, lalu dilihat perubahan warnanya dan cocokan pada kotak pH paper. Dicari warna yang sama dengan pH peper untuk menentukan besar pH air tersebut dan dicatat hasilnya.
-suhu
Pertama di siapkan alat dan bahan. Diambil termometer dan dimasukan kedalam air selama kurang lebih 5 menit. Pegang ujung tali pada termometer agar tidak terkontaminasi dengan suhu tangan. Termometer dimasukan seluruhnya kedalam air sampai bagian ujunganya agar tidak terkontaminasi dengan suhu udara atau suhu diluar iar. Kemudian dilihat perubahan suhu yang terjadi atau angka pada termometer lalu dicatat hasilnya. Setelah itu, termometer di angkat dari air, di keringkan dan di mmasukan kembali ke tempatnya.
-Salinitas
Pertama, di siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, refraktometer di kalibrasi dengan aquades dan di bersihkan dengan tissue oada bagian optiknya agar tidak ada cairan yang tersisa, sebab dapat mempengaruhi hasil pengamatan. Setelah iar sampel di ambil dengan menggunakan pipet tetes, lalu diteteskan pada optik refrakometer, kemudian optik refrakometer di tutup dan refrakometr di arahkan ke arah cahaya agar skala dalam refrakometer bisa terlihat dengan jelas. Diamati skala pada bagian kanan, dan di catat hasilnya.
-DO
Pertama, di siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, botol DO dimasukan kedalam water sampler, lalu water sampler tersebut di tutup dengan cara pipa yang pendek di masukan kedalam botol untuk memasukan air kedalam botol. Selanjutnya yang panjang di gunakan untuk mendengarkan masuknya air kedalam botol DO. Kemudian water sampler di masukan ke dalam dasar perairan , dan didengarkan masuknya air dengan menggunakan pipa yang panjang, di dengarkan perubahan suaranya sampai terdengar bunyi “blup” untuk pertama kali, itu berarti air sudah memenuhi water sampler, lalu diangkat water sampler tersebut lalu dibuka tutupnya . tutup botol DO tersebut dalam ke adaan tergenang dengan air agar tidak terjadi gelembung air, lalu botol DO diangkat dan di dolak balik untuk memastikan bahwa tidak ada gelembung udara, lalu diberi tanda “dasar” dengan menggunakan label untuk membedakan
Antara dasar dan tengah dan permukaan perairan, lalu tutup botol DO di buka dan di tambahkan 2 ml (44 tetes) MnSo4 dan 2 ml (44 tetes). NaOH + k I. MnSo4 berfungsi untuk mengikat O2, sedangkan NaOH + kI berfunngsi untuk memebentuk endapan cokelat. Setelah itu botol DO di tutup lagidan di bolak balik selama kurang lebih 30 menit sampai terjadi endapan cokelat. Setelah terbentuk endapan, buang air yang bening di atas endapan, kemudian endapan yang tersisa dibesi 2 ml H2SO4 (44 tetes) pekat dan kocok sampai endapan larut. H2SO4 bersungsi untuk melarutkan endapan cokelat serta meng- oksidasi asam. Setelah itu di beri 3- 4 tetes amilum. Amilum berfungsi sebagai indikator warna ungu atau indikasi basa.
Selanjunya di titirasi dengan Na2S2O3 0,025 N sampai jernih (hingga tidak berwarna seperti pertama kali) dan dicatat volumenya, lakukan juga untuk perairan tengah dan permukaan. Selanjutnya di hitung dengan rumus :

DO (mg/l) = V titran × N titran x1000 ×8
V. botol DO – 4

Analisi Hasil

Dari hasil praktikum di zona estuari, di dapatkan hasil sebagai berikut. Pada permukaan jumlah DO- nya adalah : 10,16 mg/lt. Tengah jumlah DO – nya adalah 4,86 mg/lt. Dasar jumlah DO – nya 5,6 mg/lt. Sedangkan suhunya berturut- turut adalah 30˚ C , 30˚ C , 30˚ C . Besar PH –nya p-ada permukaan tengah dan dasar berturut- turut adalah 8,8,8. Besar salinitas pada dasar 30, tengah 30, permukaan 21.
Biodata yang hidup di ekosisitem estuaria umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemia, artinya yang hanya hidup di eustaria, denga mereka yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial. Ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. (Anonymous, 2009).


























5.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan selama praktikum biologi laut dapat disimpulkan bahwa :
Zona intertidal merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat disamudera dunia.Zona ini terdiri dari pantai berpasir, pantai berbatu, dan pantai berlumpur.
Zona eustaria adalah tempat bertemunya air tawar dan air laut.Tempat ini merupakan daerah peralihan antara kedua ekosistem akuatik dimuka bumi.
Zona mangrove adalah sebutan umum yang digunnakan untuk menggambarkan varietas komunitas pantai tropic yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak yang mempunyai kemampuan tumbuh dalam perairan asin.
Parameter kualitas air di Pantai Kondang Merak pada pengamatan yang dilakukan dizona eustaria diperoleh suhu permukaan 30°C, tengah 30°C, dan tengah sebesar 30°C, pH permukaan sebesar 8, tengah 8 dan dasar 8, dan memiliki salinitas permukaan 30 ppm, dasar, tengah 30 ppm, dan dasar sebesar 21 ppm, serta kadar DO dipermukaan sebesar 5,69 mg/l, tengah 4,86 mg/l, dan dasar sebesar 10,16 mg/l pada siang hari.
Pada zona mangrove biota yang didapat adalah kepiting 10 ekor dan kelomang 2 ekor, pada stasiun 1, pada stasiun 2 diperoleh ikan glodhok berjumlah 2 ekor, pada stasiun 3 didapat kepiting 1 ekor, sedangkan pada stasiun 4diperoleh biota berupa kepiting sebanyak 1 ekor.
Pada zona berbatu biota yang didapat adalah alga coklat pada stasiun 1, transek 6, kelomang pada stasiun 3, transek 4 sebanyak 2 buah dan pada transek 8 stasiun 1,transek 7 stasiun 1,transek 2 stasiun 3, transek 5 stasiun 5 adalah kepiting.
Sedangkan pada zona pantai lebih didominasi kepiting, selain itu juga ditemukan biota lain, seperti kelomang dan alga coklat, tetepi dalam jumlah kecil.
Dari semua zona , jenis – jenis biota yang paling mendominasi adalah kepiting , hal ini dipengaruhim oleh biota jenis ini dapat beradaftasi pada kondisi apapun.
Berdasarkan dari data kualitas air, dapat diketahui bahwa perairan dizona eustaria termasuk perairan yang subur.


5.2 SARAN

Saran yang dapat kami sampaikan dalam pratikum ini adalah pada saat pratikum menejemen waktu lebih diperhatikan dan buat para asisten agar pada waktu acc laporan yang sudah benar diberi tanda dan buat praktikan pada waktu acc mohon tidak telat (ontime)












DAFTAR PUSTAKA



Anonymous . 2009. Ekosistem Perairan Mangrove. http://www.shantybio. Transdigit.com. Diakses pada tanggal 20 april 2009 pukul 13.00 WIB
.
Anonymous. 2009. Mengenal ekosistem Mangrove. Htpp://www.google.co.id/ekosistem mangrove.Diakses pad tanggal 20 april 2009 pukul 13.00 WIB.

Anonymous. 2009. Pasang surut (tide). http://www.dyciil 26.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 20 april 2009 pukul 13.00 WIB.

Anonymous. 2009. Klasifikasi portunus tribubelculatus. http://ww.en.wikipedia.org/wiki/potrunus.Diakses pada tanggal 20 april 2009 pukul 13.00 WIB

Anonymous. 2009. Zona estuary. http://ranggon-bekasi-blog-friendster.com.
Diakses pada tanggal 20 april 2009 pukul 13.00 WIB.

Anonymous, 2009. Zona intertidal. http://www.wikipedia.ogr/zona intertidal.
Diakses pada tanggal 20 april 2009 pukul 13.00 WIB.

Hutabarat,S. 1985. Pengantar Oceanografi. Jakarta. UI. Press

Prajitno,A . 2007. Diktat kuliah biologi laut. Malang-Unibraw.

Romimohtarto. 2005. Biologi Laut (Ilmu Pengetahuan Tentang biota laut). Jakarta. Ikar Mandiri Abadi.

1 komentar: